Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim meluncurkan buku berjudul Rethinking Ourselves: Justice, Reform and Ignorance in Postnormal Times yang merupakan memoar sekaligus kumpulan gagasannya sejak tahun 1970-an.
Anwar, dalam kesaksiannya di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (7/12), mengatakan buku itu lahir dari catatannya selama di penjara di Sungai Buloh, Selangor - di mana ia banyak melakukan refleksi tentang keadilan, kebanggaan nasional, dan masa depan negara.
"Buku ini bukan sekadar memoar, melainkan serangkaian gagasan untuk membangun negara yang beradab, yang berlandaskan kekuatan nilai-nilai, keberanian moral, dan martabat rakyatnya," ujar Anwar Ibrahim.
Menurut Anwar, buku ini juga mengangkat pertanyaan besar tentang bagaimana Malaysia memberantas korupsi yang merampas martabat bangsa, menyembuhkan luka kelas, memerangi ekstremisme agama, dan bagaimana negara pasca-kolonial menemukan kembali kedaulatan pikiran dan martabat rakyatnya.
"Saya juga mengangkat semangat zaman atau tantangan zaman baru, termasuk arus digital, kecerdasan buatan, dan transisi energi, yang menuntut negara ini mengejar kemajuan tanpa kehilangan jiwanya. Teknologi memang memperkuat kita, tetapi nilai-nilai dan kemanusiaanlah yang memberi makna pada kemajuan," ujar Anwar.
Ia mengatakan bahwa catatan-catatan yang dikumpulkan selama satu dekade dapat dibukukan berkat dukungan istrinya, Azizah. Oleh karena itu, ia mempersembahkan buku tersebut kepada Azizah.
Anwar juga mengumumkan bahwa setiap sen keuntungan dari royalti penjualan buku - yang rencananya akan diterbitkan secara global di Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa - akan disumbangkan kepada pelajar miskin di Malaysia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Anwar Ibrahim luncurkan memoar dan gagasan reformasi terbaru
