Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyikapi pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berlangsung di Florida, AS, pada Senin (29/12).
Dalam pernyataan resmi di Putrajaya, Malaysia, Selasa, Anwar menyatakan bahwa menyusul pertemuan tersebut, tidak boleh ada lagi kekerasan yang terjadi di Gaza, apa pun alasannya.
“Saya mencatat diskusi terbaru yang diadakan di Florida, yang bertujuan membahas fase berikutnya dari proses perdamaian. Mari kita tegaskan, tidak boleh ada kembalinya kekerasan berskala besar,” tegas Anwar.
Anwar mengingatkan bahwa setiap kekerasan di Gaza akan menimbulkan biaya yang tidak dapat ditoleransi bagi warga sipil serta semakin menggerus prospek perdamaian yang sudah rapuh.
Ia menegaskan bahwa Israel justru harus dimintai pertanggungjawaban atas tindakan dan kewajibannya berdasarkan hukum internasional.
Anwar juga menekankan bahwa Malaysia sepenuhnya sejalan dengan posisi yang diambil oleh sejumlah besar negara serta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam menolak pengakuan Israel terhadap apa yang disebut wilayah Somaliland.
“Kami menyatakan penolakan tegas terhadap setiap upaya untuk menggunakan Somaliland atau wilayah lainnya sebagai tujuan pemindahan paksa atau pengusiran rakyat Palestina dari Gaza,” tegas Anwar.
“Gagasan semacam itu sepenuhnya dan sama sekali tidak dapat diterima, melanggar hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan, serta hanya akan melanggengkan ketidakadilan—alih-alih berkontribusi pada perdamaian,” ujarnya.
Anwar menegaskan bahwa Malaysia menolak semua tindakan yang merusak tatanan hukum internasional.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Malaysia sikapi pertemuan Trump dan Netanyahu di Florida
