Atdikbud KBRI Kuala Lumpur pembicara kunci seminar pendidikan internasional

id Malaysia

Atdikbud KBRI Kuala Lumpur pembicara kunci seminar pendidikan internasional

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Dr Mokhammad Farid Makruf menjadi pembicara kunci dalam seminar daring "The World at a Turning Point: The Role of Education in Peace-Building (Dunia pada Titik-Balik: Peran Pendidikan dalam Membangun-Perdamaian)", Selasa. (1)

"Jika para pemuda terjebak dirinya dalam suatu kekerasan, maka hal itu akan menambah mengurasnya perhatian dan sumber daya untuk menanganinya," katanya. 
KUALA LUMPUR (ANTARA) - Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Dr Mokhammad Farid Makruf menjadi pembicara kunci dalam seminar daring "The World at a Turning Point: The Role of Education in Peace-Building (Dunia pada Titik-Balik: Peran Pendidikan dalam Membangun-Perdamaian)", Selasa.

Seminar internasional yang diselenggarakan Universal Peace Federation Indonesia tersebut juga melibatkan Universitas Negeri Padang, Institut Bisnis & Informatika (IBI) Kosgoro 1957, ‘Aisyiyah Jawa Barat, dan Youth & Students for Peace International. 

Pembicara lain yang hadir adalah Dr. Robbert S. Kittel (YSP Internasional) yang berkebangsaan Amerika, Prof. Ganefri, PhD. (Rektor UNP), Dr. Haswan Yunaz (Rektor IBI Kosgoro 57) dan Prof. Payaman Simanjuntak (UPF Indonesia).

Bertindak sebagai moderator Ketua PPI Universiti Teknologi MARA (UiTM) yang juga pengurus Aisyiyah Jawa Barat, Inna Junaenah

Mokhammad Farid Makruf sebagai pembicara kunci mengatakan untuk membangun perdamaian pada intinya adalah ketiadaan kekerasan. 

"Pendidikan memiliki peran penting untuk mengkondisikan supaya generasi muda dapat menahan dirinya untuk tidak melakukan kekerasan. Untuk itulah, walaupun banyak faktor yang dapat berpengaruh seperti sistem dan lingkungan, peran pendidik sangat sentral," katanya. 

Adapun Dr. Kittel mengatakan untuk menjadi jembatan setiap warga perlu menjadi orang tua yang baik, sedangkan untuk menjadi orang tua yang baik harus menjadi suami/istri yang baik. 

"Untuk seperti itu, jadilah saudara yang baik, dan pada gilirannya jadilah anak yang baik," katanya. 

Dr. Kittel yang mempelajari konsep ajaran Islam ini kemudian mengambil teladan figur Allah, Tuhan yang dengan tulus ikhlas menjadi "orang tua" bagi manusia dan ide itu dikonsepsikan dalam kalimat "Bismillahirrahmanirrrahiim". 

Sementara itu Prof. Ganefri mengharapkan agar nilai-nilai perdamaian perlu menjiwai setiap proses dan aktifitas Pendidikan. 

"Diantara nilai-nilai tersebut adalah suatu sikap penerimaan terhadap diri sendiri, dapat menerima perbedaan dengan orang lain, dan menolak kekerasan," katanya. 

Gagasan dari akademisi Pendidikan tersebut diperkuat oleh Dr Haswan, yang mengkongkrititasinya dalam konteks aktifitas kemahasiswaan dan kepemudaan, sebagai wadah para aktifias untuk memproses kedewasaan dirinya. 

Sedangkan Prof. Payaman memberi perhatian pada generasi muda bahwa mereka perlu disadarkan dengan kenyataan banyaknya permasalahan yang ada di sekitarnya, maupun secara global. 

"Jika para pemuda terjebak dirinya dalam suatu kekerasan, maka hal itu akan menambah mengurasnya perhatian dan sumber daya untuk menanganinya," katanya. 

Seminar yang mengambil durasi sekitar dua jam ini diikuti oleh lebih dari 70 peserta sebagai jejaring bersama berbagai pihak. 

Kegiatan tersebut merupakan diantara rangkaian program "Rally of Hope" yang diinisiasi oleh Universal Peace Federation (UPF). 

LSM ini didirikan oleh Dr. Sun Myung Moon dan istri pada 12 September 2005 sebagai aliansi global dari perwakilan-perwakilan agama, akademisi, politik, masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintahan untuk mencapai perdamaian dunia. 

Adapun UPF mempunyai sasaran yaitu sebuah dunia yang bersatu di mana di dalamnya semua anggota keluarga manusia hidup dan bekerja dalam keharmonisan, kesejahteraan bersama dan saling menghormati, dengan komitmen bersama akan kerja sama melalui pemerintahan yang baik.

UPF merupakan sebuah organisasi dengan Status Konsultatif Umum terhadap Dewan Ekonomi dan Sosial dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN ECOSOC – Economic and Social Council) dan merupakan organisasi yang bersifat non-partisan, antar-agama, multidisipliner, internasional non-pemerintah yang ada di lebih dari 120 negara.