Badung (ANTARA) - Indonesia menyisipkan isu krisis pangan (food insecurity) pada rangkaian pertemuan ke-3 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (FMCBG) serta Deputi Bidang Keuangan dan Bank Sentral G20 (FCBD) di Badung, Bali, 13–16 Juli 2022.
Pembahasan terhadap isu itu merupakan salah satu upaya G20 merespons ancaman krisis akibat agresi Rusia di Ukraina, kata salah satu pejabat Kementerian Keuangan RI.
“Kemarin asumsinya (dunia) hanya menghadapi pandemi (COVID-19), ternyata di tengah-tengah, ada tantangan baru, pecah perang Rusia dan Ukraina, yang dapat men-trigger (memicu, red.) potensi krisis baru, (yaitu) krisis pangan dan krisis energi, yang dapat berimbas ke krisis keuangan,” kata Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan Dian Lestari saat jumpa pers di BNDCC, Badung, Bali, Selasa (12/7) malam.
Ia menyampaikan food insecurity menjadi agenda baru yang berusaha didorong oleh Indonesia dalam pertemuan ke-3 tingkat deputi keuangan G20 (FCBD) pada 13–14 Juli dan pertemuan ke-3 tingkat menteri keuangan serta gubernur bank sentral (FMCBG) G20 pada 15–16 Juli.
Namun tidak hanya pada pertemuan utama, Indonesia, yang menjadi tuan rumah rangkaian acara G20 tahun ini juga menjadwalkan seminar tingkat tinggi (high level seminar) khusus membahas isu food insecurity.
“Food insecurity menjadi salah satu agenda baru yang kami berusaha dorong, nanti di-trigger dari penyelenggaraan seminar mengenai promoting global collaboration to tackle food insecurity (menggalang kolaborasi global demi mengantisipasi ancaman krisis pangan, red.),” kata Dian.
Ia menyebut seminar tingkat tinggi itu, yang sebagian besar pembicaranya menteri keuangan anggota G20, bakal menjadi kesempatan menyamakan persepsi mengenai ancaman krisis pangan dan pengaruhnya terhadap perekonomian dunia.
“Ini tahapan baru menyamakan persepsi. Ini apa persoalannya, dan yang lebih penting apa yang bisa dilakukan forum menteri keuangan dan gubernur bank sentral untuk berkontribusi, memainkan peran bersama-sama mengatasi isu global terkait food insecurity,” kata Dian Lestari.
Dalam rangkaian pertemuan ke-3 FMCBG dan FCBD G20, seminar mengenai food insecurity dijadwalkan berlangsung pada Jumat (15/7) tepatnya pukul 13.45–15.15 WITA.
Kegiatan seminar itu bakal dibuka oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, dan menteri keuangan Arab Saudi. Kemudian, sesi diskusinya menghadirkan beberapa pembicara, yaitu Menteri Koordinator Bidang Ekonomi RI Airlangga Hartarto, dan menteri keuangan dari Amerika Serikat, Afrika Selatan, China, Jerman, Brazil, serta pimpinan lembaga internasional, antara lain Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Bank Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan International Fund for Agricultural Development.
Di sesi penutup, menteri keuangan dari India dan Italia dijadwalkan menyampaikan pernyataan (closing remarks).
Baca juga: Sasando diperkenalkan dalam Sherpa G20 di Labuan Bajo
Baca juga: G20 suarakan kekhawatiran tentang melonjaknya harga pangan dan energi
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia selipkan isu "food insecurity" pada FMCBG FCBD ke-3
Pembahasan terhadap isu itu merupakan salah satu upaya G20 merespons ancaman krisis akibat agresi Rusia di Ukraina, kata salah satu pejabat Kementerian Keuangan RI.
“Kemarin asumsinya (dunia) hanya menghadapi pandemi (COVID-19), ternyata di tengah-tengah, ada tantangan baru, pecah perang Rusia dan Ukraina, yang dapat men-trigger (memicu, red.) potensi krisis baru, (yaitu) krisis pangan dan krisis energi, yang dapat berimbas ke krisis keuangan,” kata Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan Dian Lestari saat jumpa pers di BNDCC, Badung, Bali, Selasa (12/7) malam.
Ia menyampaikan food insecurity menjadi agenda baru yang berusaha didorong oleh Indonesia dalam pertemuan ke-3 tingkat deputi keuangan G20 (FCBD) pada 13–14 Juli dan pertemuan ke-3 tingkat menteri keuangan serta gubernur bank sentral (FMCBG) G20 pada 15–16 Juli.
Namun tidak hanya pada pertemuan utama, Indonesia, yang menjadi tuan rumah rangkaian acara G20 tahun ini juga menjadwalkan seminar tingkat tinggi (high level seminar) khusus membahas isu food insecurity.
“Food insecurity menjadi salah satu agenda baru yang kami berusaha dorong, nanti di-trigger dari penyelenggaraan seminar mengenai promoting global collaboration to tackle food insecurity (menggalang kolaborasi global demi mengantisipasi ancaman krisis pangan, red.),” kata Dian.
Ia menyebut seminar tingkat tinggi itu, yang sebagian besar pembicaranya menteri keuangan anggota G20, bakal menjadi kesempatan menyamakan persepsi mengenai ancaman krisis pangan dan pengaruhnya terhadap perekonomian dunia.
“Ini tahapan baru menyamakan persepsi. Ini apa persoalannya, dan yang lebih penting apa yang bisa dilakukan forum menteri keuangan dan gubernur bank sentral untuk berkontribusi, memainkan peran bersama-sama mengatasi isu global terkait food insecurity,” kata Dian Lestari.
Dalam rangkaian pertemuan ke-3 FMCBG dan FCBD G20, seminar mengenai food insecurity dijadwalkan berlangsung pada Jumat (15/7) tepatnya pukul 13.45–15.15 WITA.
Kegiatan seminar itu bakal dibuka oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, dan menteri keuangan Arab Saudi. Kemudian, sesi diskusinya menghadirkan beberapa pembicara, yaitu Menteri Koordinator Bidang Ekonomi RI Airlangga Hartarto, dan menteri keuangan dari Amerika Serikat, Afrika Selatan, China, Jerman, Brazil, serta pimpinan lembaga internasional, antara lain Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Bank Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan International Fund for Agricultural Development.
Di sesi penutup, menteri keuangan dari India dan Italia dijadwalkan menyampaikan pernyataan (closing remarks).
Baca juga: Sasando diperkenalkan dalam Sherpa G20 di Labuan Bajo
Baca juga: G20 suarakan kekhawatiran tentang melonjaknya harga pangan dan energi
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia selipkan isu "food insecurity" pada FMCBG FCBD ke-3