Mataram, (AntaraKL) - Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Zahrain Mohamed Hashim, dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH M Zainul Majdi, membahas persoalan yang berkaitan dengan perkawinan tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan wanita Malaysia.
"Ini (perkawinan TKI dengan wanita Malaysia) juga yang dibicarakan atau dibincangkan tadi, dengan Pak Gubernur," kata Zahrain, usai pertemuan koordinasi dan silaturahmi di ruang kerja Gubernur NTB, di Mataram, Kamis (22/5).
Ia mengungkapkan bahwa telah mencuat beragam persepsi di Malaysia terhadap TKI asal NTB yang menjalin hubungan asmara dengan wanita Malaysia.
Cukup banyak TKI asal NTB yang membawa pergi wanita Malaysia ke kampung halamannya di Pulau Lombok, kemudian dijadikan istri.
"Persepsi di Malaysia, bahwa orang Lombok ini hebat-hebat belaka. Bawa datang perempuan Malaysia ke Indonesia lalu dikawini," ujarnya.
Menurut Zahrain, Pemerintah Malaysia hanya ingin memastikan bahwa perkawinan antara warga Indonesia asal NTB dengan wanita Malaysia itu, sesuai aturan yang berlaku di ajaran agama Islam.
"Kami hanya ingin memastikan supaya perkawinan itu sesuai undang-undang Islam, agar statusnya halal, dan agar supaya halal, salah satu aspeknya yakni wali nikah. Kadang-kadang wali tak jelas maka timbul masalah, karena tidak ada wali," ujarnya.
Dubes Malaysia itu mengapresiasi respon Gubernur NTB yang juga menginginkan perkawinan TKI dengan wanita Malaysia itu harus sesuai ketentuan agama, agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Tadi Pak Gubernur setuju, dan kita selaraskan isu itu (perkawinan), supaya tidak timbul persoalan atas perkawinan itu, kita tetap pegang teguh pada hukum Islam. ini yang banyak dibicarakan atau dibincangkan tadi," ujarnya.
Perkawinan TKI asal NTB dengan wanita Malaysia, sudah sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini, dan tidak jarang berujung masalah, termasuk masalah keimigrasian.
Menurut Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (Wasdakim) Kantor Imigrasi (Kanim) Mataram Indra Inkandarsyah, sejak beberapa tahun terakhir ini cukup banyak warga Malaysia yang nekat mengikuti kekasihnya yang berprofesi TKI asal Pulau Lombok, NTB hingga layak dideportasi karena kelebihan izin tinggal.
Hampir setiap bulan, ada satu atau dua orang, bahkan terkadang sampai tiga orang wanita asal Malaysia yang dideportasi karena melewati izin tinggal, akibat nekat ikut kekasihnya asal Lombok yang menjadi TKI di Malaysia.
Bahkan pada awal 2012, pernah mencuat kasus serupa yang melibatkan tiga orang warga Malaysia, terdiri dari dua orang wanita dan seorang laki-laki.
Dua orang wanita Malaysia itu juga melewati izin tinggal setelah setahun berada di Pulau Lombok bersama kekasihnya mantan TKI di Malaysia.
Kedua warga Malaysia itu berasal dari kalangan keluarga mampu sehingga sempat membayar denda kelebihan izin tinggal sebesar Rp200 ribu/hari.
Namun, seiring dengan waktu kedua warga Malaysia itu terbebani juga dengan kewajiban denda itu, sehingga akhirnya memilih dideportasi.
Umumnya, pejabat imigrasi mengetahui keberadaan warga Malaysia itu ketika mencuat masalah, seperti pertengkaran dengan kekasihnya mantan TKI Malaysia asal Lombok, atau kekasihnya/suaminya sendiri yang melaporkan ke kantor imigrasi.
"Kami mendapat informasi dari masyarakat, dari TKI itu sendiri dan dari hasil pengawasan lapangan petugas imigrasi. Tentu, informasi itu ditindaklanjuti sesuai ketentuan undang undang keimigrasian yang berlaku di Indonesia," ujar Indra.
TKI asal Lombok cukup banyak yang bekerja di Malaysia, terutama di sektor perkebunan kelapa sawit. Setiap tahun puluhan ribu warga Lombok menjadi TKI di Malaysia. (Anwar Maga/sh)