Kuala Lumpur (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa mengadakan silaturahmi dengan PCI Muslimat NU Malaysia. 

“Alhamdulillah. Kebetulan beliau (Khofifah) sedang punya punya program misi dagang dengan KBRI, lalu menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan kami (PCI Muslimat NU Malaysia) yang memang sudah cukup lama tidak bertemu,” kata Ketua Umum PCI Muslimat NU Malaysia Mimin Mintarsih dalam keterangan tertulisnya di Kuala Lumpur, Rabu. 

Dalam silaturahmi Mimin menyampaikan apresiasi atas kinerja dan koordinasi PP Muslimat NU selama ini, secara khusus menyebutkan laporan perkembangan sanggar bimbingan yang dikelola oleh PCI Muslimat NU Malaysia. 

Gubernur Khofifah memberikan motivasi keagamaan dan ceramah ilmiah kepada seluruh anggota Muslimat NU Malaysia, warga Nahdliyyin dan semua tamu undangan. 

Berkecimpung dalam sebuah organisasi keagamaan seperti Muslimat, menurut dia, merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebab, orang-orang yang saling bertujuan baik itulah yang pada akhirnya akan membantu menggiring ke surga. 

Ia juga menekankan pentingnya sanad keilmuan dalam beragama, satu tradisi intelektual keagamaan yang hingga kini dipertahankan dan diperjuangkan oleh NU. 

Sanad tersebut menjadi penting karena beragama tidak cukup hanya mengandalkan narasi digital sebagaimana yang kian marak terjadi hingga saat ini. 

Jika membatasi akses ilmu keagamaan hanya pada narasi digital, menurut dia, jelas akan memungkinkan sanad tersebut akhirnya putus.

Perempuan yang telah menahkodai PP Muslimat NU selama beberapa periode itu juga memberikan contoh beberapa ulama yang bisa dijadikan salah satu dari rantai sanad yang dimaksud. 

Beberapa di antaranya adalah Syeikh Mahfudz Termas, Syeikh Muhammad Ihsan Jampes, KH Cholil Bangkalan, dan KH Hasyim Asy’ari Jombang. 

Mereka, kata Khofifah, adalah para ulama lokal Indonesia yang mempunyai kontribusi di tingkat internasional.

Khofifah secara khusus mengulas profil Syeikh Mahfudz Termas yang berhasil menulis sebuah syarah dari kitab “al-Manhaj al-Qawim” yang merupakan karya dari Syeikh Ibnu Hajar al-Haitami (w. 1566 M), seorang Mufti Besar kota Makkah ketika itu.

Kitab al-Manhaj al-Qawim merupakan salah satu di antara kitab yang paling banyak dikaji di pesantren-pesantren di seluruh Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Secara ringkas, ia merangkum sambutan ilmiah tersebut dengan berpesan bahwa kesungguhan, ilmu dan pendidikan adalah prasyarat kemajuan bangsa.

Selain keluarga besar PCINU Malaysia, turut hadir juga Wakil Dubes KBRI Indonesia di Kuala Lumpur Rossy Verona dan Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya (Pensosbud) KBRI, Yoshi Iskandar.

“KBRI selalu siap berkolaborasi dengan program sosial keagamaan NU khususnya Muslimat,” kata Rossy.

Ia juga mengatakan sedang mengupayakan guru tetap dan perizinan resmi bagi sanggar bimbingan yang sedang dikelola oleh PCI Muslimat NU Malaysia.

Kegiatan silaturahmi terlaksana di Grand Barakah Hotel Ampang pada hari Minggu (19/12) tersebut dihadiri sekitar 350 orang. Acara dimulai selepas Dzuhur dan ditutup tepat menjelang Maghrib.

Baca juga: Muslimat NU mengutamakan kualitas dalam memajukan organisasi di Malaysia
Baca juga: Warga NU di Malaysia memperingati Maulid Nabi bersama Gus Aab
 


Pewarta : Virna P Setyorini
Editor : Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2024