Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan negara-negara anggota fokus pada kohesivitas ASEAN untuk menjadikannya kekuatan ekonomi kawasan di tengah isu ketidakpastian global.
Anwar Ibrahim dalam pidato utama di Forum Nikkei ke-29 di Jepang yang diikuti secara daring dari Kuala Lumpur, Kamis, membahas hal yang menjadi perhatian bersama yakni isu dunia yang tidak pasti, yang disikapi dengan fokus pada kohesivitas ASEAN untuk memperkuat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu sebagai kekuatan ekonomi.
Menurut Anwar, negara-negara anggota beberapa generasi terakhir telah sukses membawa ASEAN menjadi tempat yang damai, meski sekarang harus bergulat dengan krisis di Myanmar.
Namun, ia mengatakan ASEAN terus meningkatkan kolaborasi ekonomi dan perdagangan, serta membangun aliansi ekonomi yang lebih baik dengan Jepang, Korea dan China, Australia, dan India.
Anwar mengatakan isu regional di Asia sekarang juga menjadi perhatian utama global. Tantangan baru yang dihadapi tidak saja soal disparitas ekonomi, perubahan teknologi yang cepat, degradasi lingkungan, di mana semuanya itu datang bersamaan, semua terjadi secara simultan.
Entah itu krisis di Rusia dan Ukraina atau Israel dan Palestina, agresi, krisis iklim, atau kekhawatiran tertentu, semua terjadi secara simultan yang membuat pemimpin, politisi dan industri menjadi waspada dan harus bersiap menghadapi semua itu, kata Anwar.
Ia juga mengatakan negara-negara anggota juga melihat hal-hal menguntungkan dan menciptakan kesadaran baru untuk lebih peduli tentang keadilan dan kesetaraan, persahabatan, pertemanan, kolaborasi, di mana artinya kekuatan ASEAN dipaksa untuk percaya dan berkomitmen, agar tidak terseret ke dalam mantra lama atau konflik perang dingin dan pengalihan isu yang memunculkan kecurigaan.
“Kami memilih pendekatan realistis untuk dapat bekerja bersama, untuk dapat terlibat dengan semua masyarakat dan negara. Dan itu akan menjamin masa depan lebih baik bagi Asia,” ujar Anwar.
Tidak seperti tiga dekade lalu, menurut dia, hari ini Asia mempunyai kekuatan ekonomi, kapasitas strategis, dan kekuatan kolaborasi yang mungkin diperlukan untuk mengatasi semua tantangan tersebut.
Karena itu, ia mengatakan berani meyakinkan bahwa masa depan kawasan bergantung pada kepemimpinan yang mengambil langkah berani dengan mempertimbangkan dan mengupayakan untuk memperkuat kawasan dan sub kawasan, ketimbang terseret konflik internasional.
Anwar tidak menyarankan sesuatu yang baru, karena sudah ada The Comphrehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dan ada pula Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP), yang mungkin melibatkan sepertiga populasi ekspor dunia dan Produk Domestik Bruto (PDB), membuatnya menjadi blok perdagangan terbesar di dunia.
Malaysia dalam Keketuaan ASEAN di 2025 nanti, kata Anwar, berkomitmen melanjutkan gagasan itu. Di bidang ekonomi, fokus utamanya adalah penguatan kerja sama ekonomi antara negara anggota.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PM Malaysia: ASEAN perlu fokus kohesivitas dalam ketidakpastian global
Anwar Ibrahim dalam pidato utama di Forum Nikkei ke-29 di Jepang yang diikuti secara daring dari Kuala Lumpur, Kamis, membahas hal yang menjadi perhatian bersama yakni isu dunia yang tidak pasti, yang disikapi dengan fokus pada kohesivitas ASEAN untuk memperkuat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu sebagai kekuatan ekonomi.
Menurut Anwar, negara-negara anggota beberapa generasi terakhir telah sukses membawa ASEAN menjadi tempat yang damai, meski sekarang harus bergulat dengan krisis di Myanmar.
Namun, ia mengatakan ASEAN terus meningkatkan kolaborasi ekonomi dan perdagangan, serta membangun aliansi ekonomi yang lebih baik dengan Jepang, Korea dan China, Australia, dan India.
Anwar mengatakan isu regional di Asia sekarang juga menjadi perhatian utama global. Tantangan baru yang dihadapi tidak saja soal disparitas ekonomi, perubahan teknologi yang cepat, degradasi lingkungan, di mana semuanya itu datang bersamaan, semua terjadi secara simultan.
Entah itu krisis di Rusia dan Ukraina atau Israel dan Palestina, agresi, krisis iklim, atau kekhawatiran tertentu, semua terjadi secara simultan yang membuat pemimpin, politisi dan industri menjadi waspada dan harus bersiap menghadapi semua itu, kata Anwar.
Ia juga mengatakan negara-negara anggota juga melihat hal-hal menguntungkan dan menciptakan kesadaran baru untuk lebih peduli tentang keadilan dan kesetaraan, persahabatan, pertemanan, kolaborasi, di mana artinya kekuatan ASEAN dipaksa untuk percaya dan berkomitmen, agar tidak terseret ke dalam mantra lama atau konflik perang dingin dan pengalihan isu yang memunculkan kecurigaan.
“Kami memilih pendekatan realistis untuk dapat bekerja bersama, untuk dapat terlibat dengan semua masyarakat dan negara. Dan itu akan menjamin masa depan lebih baik bagi Asia,” ujar Anwar.
Tidak seperti tiga dekade lalu, menurut dia, hari ini Asia mempunyai kekuatan ekonomi, kapasitas strategis, dan kekuatan kolaborasi yang mungkin diperlukan untuk mengatasi semua tantangan tersebut.
Karena itu, ia mengatakan berani meyakinkan bahwa masa depan kawasan bergantung pada kepemimpinan yang mengambil langkah berani dengan mempertimbangkan dan mengupayakan untuk memperkuat kawasan dan sub kawasan, ketimbang terseret konflik internasional.
Anwar tidak menyarankan sesuatu yang baru, karena sudah ada The Comphrehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dan ada pula Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP), yang mungkin melibatkan sepertiga populasi ekspor dunia dan Produk Domestik Bruto (PDB), membuatnya menjadi blok perdagangan terbesar di dunia.
Malaysia dalam Keketuaan ASEAN di 2025 nanti, kata Anwar, berkomitmen melanjutkan gagasan itu. Di bidang ekonomi, fokus utamanya adalah penguatan kerja sama ekonomi antara negara anggota.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PM Malaysia: ASEAN perlu fokus kohesivitas dalam ketidakpastian global