Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menyampaikan pidato Rencana Pemulihan Negara (PPN) pada pembukaan sidang khusus parlemen Malaysia yang baru dibuka, Senin, setelah pemberlakuan protokol kesehatan darurat.
Pada kesempatan tersebut Muhyiddin menyampaikan tentang delapan paket rangsangan ekonomi, sumber pembiayaan COVID-19, pembentukan Majelis Pemulihan Negara, sistem kesehatan umum dan program vaksinasi.
"Sudah lebih 18 bulan negara kita ditimpa musibah wabak COVID-19. Apa yang terjadi hari ini dengan izin adalah tidak bisa dibayangkan," katanya.
Muhyiddin mengatakan kondisi sekarang ini ancamannya lebih besar jika dibandingkan dengan krisis ekonomi dan keuangan yang pernah melanda negara dalam tempo empat dekade yang lalu.
"Malah ketika dunia dilanda virus SARS pada tahun 2003, keadaan ekonomi dunia tidaklah seburuk yang terjadi hari ini," katanya.
Muhyiddin mengatakan hingga kini COVID-19 telah melanda lebih 200 negara dan menjangkiti lebih 190 juta manusia dan merenggut empat juta nyawa.
Lebih membimbangkan lagi WHO telah memberi peringatan mengenai penularan Variant of Concern (VOC) yang lebih agresif dan mudah menjangkiti seperti varian Delta atau varian mutasi berganda.
"Varian Delta dikatakan lebih mudah merebak dan menjangkiti individu lain. Inggris misalnya telah menyaksikan kadar penularan meningkat kepada lebih 50 ribu kasus sehari. India mencatatkan kasus harian tertinggi sebanyak 414 ribu pada awal Mei yang lalu, malah Indonesia juga mencatatkan kasus kematian harian tertinggi melibatkan lebih 1.200 korban," katanya.
Malaysia tidak terkecuali, ujar Muhyiddin, juga menghadapi peningkatan kasus yang mendadak ini.
Pelaksanaan sidang tertutup untuk media umum dan hanya media resmi pemerintah saja yang diperbolehkan masuk.
Polisi Diraja Malaysia (PDRM) dan petugas keamanan parlemen memeriksa satu per satu mobil yang masuk ke lokasi dari arah Jalan Parlemen menuju gedung parlemen.
Pada kesempatan tersebut Muhyiddin menyampaikan tentang delapan paket rangsangan ekonomi, sumber pembiayaan COVID-19, pembentukan Majelis Pemulihan Negara, sistem kesehatan umum dan program vaksinasi.
"Sudah lebih 18 bulan negara kita ditimpa musibah wabak COVID-19. Apa yang terjadi hari ini dengan izin adalah tidak bisa dibayangkan," katanya.
Muhyiddin mengatakan kondisi sekarang ini ancamannya lebih besar jika dibandingkan dengan krisis ekonomi dan keuangan yang pernah melanda negara dalam tempo empat dekade yang lalu.
"Malah ketika dunia dilanda virus SARS pada tahun 2003, keadaan ekonomi dunia tidaklah seburuk yang terjadi hari ini," katanya.
Muhyiddin mengatakan hingga kini COVID-19 telah melanda lebih 200 negara dan menjangkiti lebih 190 juta manusia dan merenggut empat juta nyawa.
Lebih membimbangkan lagi WHO telah memberi peringatan mengenai penularan Variant of Concern (VOC) yang lebih agresif dan mudah menjangkiti seperti varian Delta atau varian mutasi berganda.
"Varian Delta dikatakan lebih mudah merebak dan menjangkiti individu lain. Inggris misalnya telah menyaksikan kadar penularan meningkat kepada lebih 50 ribu kasus sehari. India mencatatkan kasus harian tertinggi sebanyak 414 ribu pada awal Mei yang lalu, malah Indonesia juga mencatatkan kasus kematian harian tertinggi melibatkan lebih 1.200 korban," katanya.
Malaysia tidak terkecuali, ujar Muhyiddin, juga menghadapi peningkatan kasus yang mendadak ini.
Pelaksanaan sidang tertutup untuk media umum dan hanya media resmi pemerintah saja yang diperbolehkan masuk.
Polisi Diraja Malaysia (PDRM) dan petugas keamanan parlemen memeriksa satu per satu mobil yang masuk ke lokasi dari arah Jalan Parlemen menuju gedung parlemen.