Denpasar, (AntaraKL) - Keberadaan wayang Sasak kini sudah semakin terancam punah, karena pelestarian kesenian tersebut cukup lambat dan perhatian pemerintah masih kurang.

"Memang untuk pelestarian wayang Sasak saat ini sangat kurang, sehingga minat untuk menjadi ki dalang cukup minim," kata Ki Dalang Wayang Sasak Syaipuddin Kasim di Ubud, Bali, Kamis (17/4).

Ia mengatakan wayang asal Nusa Tenggara Barat yang zaman dahulu cukup terkenal dan menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, kini tergeser dengan kebudayaan modern.

"Globalisasi memang membawa perubahan besar tidak saja pada teknologi, tetapi juga terhadap kesenian dan kebudayaan. Salah satunya terhadap kesenian wayang di Lombok," kata pria kelahiran 17 Desember 1957.

Terlebih perhatian pemerintah setempat saat ini masih kurang dibandingkan dengan daerah lainnya yang semakin gencar melakukan pelestarian kesenian khan tersebut.

"Kesenian wayang Sasak ini tidak jauh juga dengan wayang yang ada di daerah lain di Bali. Namun dalam pergelarannya memiliki kekhasan di banding daerah lain," ucapnya.

Dengan kegiatan program "Wayang for Student" ini, kata dia, diharapkan kepada generasi muda untuk lebih mengenal kesenian yang sudah semakin langka tersebut.

"Kegiatan ini saya apresiasi, karena dengan ajang ini diharapkan generasi muda akan tertarik mempelajari dan mengenal wayang kulit lebih dekat," ujarnya.

Dikatakan, sebenarnya wayang tersebut dalam pergelaran bisa mendapat sentuhan modern, seperti tata suara, tata lampu dan latar belakang pementasan, sehingga suasana penonton merasakan cerita itu terasa di dalamnya.

"Kalau dahulu masyarakat lebih memaknai dengan alur cerita yang dipentaskan, namun generasi muda akan lebih mengedepannya sentuhan teknologi. Wayang ini pun bisa mendapatkan sentuhan teknologi terkini," katanya. (I Komang Suparta/sh)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024