Kuala Lumpur (ANTARA) - Kampus yang didirikan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) menawarkan kuliah S1 empat program studi digital dan informatika kepada sejumlah pekerja migran Indonesia di luar negeri.
Penawaran tersebut disampaikan oleh Rektor UICI Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin dalam diskusi melalui Zoom dengan tema "Pendidikan Tinggi Digital Peluang dan Tantangannya bagi Pekerja Migran Indonesia" yang dipantau dari Kuala Lumpur, Sabtu.
Diskusi dibuka oleh Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi KAHMI, Prof. Dr. Ravik Karsidi dan sambutan oleh Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI, Ahmad Riza Patria yang juga Wagub DKI Jakarta dan Wakkeppri KBRI Kuala Lumpur, Agung Cahaya Sumirat.
Sebagai pembicara kunci adalah Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziyah, sedangkan narasumber lainnya adalah Ketua Komnas HAM tahun 2014-2015, Hafiz Abbas dengan moderator Atdikbud KBRI Kuala Lumpur, Mokh. Farid Maruf.
Laode Masihu Kamaluddin mengatakan program studi S1 yang ditawarkan adalah bisnis digital, sains data, komunikasi digital dan informatika.
Laode mengatakan UICI merupakan perguruan tinggi digital pertama di Indonesia yang tidak membatasi usia mahasiswa, dapat kuliah dari mana saja, dapat kuliah di waktu yang diinginkan dan dapat diakses menggunakan telepon genggam, laptop maupun perangkat gawai lain.
Menteri Ketenagakerjaan RI, Dr. Dra. Hj. Ida Fauziyah, M.Si. ANTARA Foto/Agus Setiawan (1)
Tentang latar belakang pendirian UICI, Laode mengatakan saat ini populasi penduduk Indonesia mencapai 274,9 juta jiwa dengan rata-rata penggunaan internet delapan jam 52 menit.
"Dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 345,3 jiwa menggunakan telepon genggam, 202,6 juta jiwa menggunakan internet dan 170 juta jiwa aktif bermedia sosial," katanya.
Sementara itu tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 adalah literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia.
"Indonesia akan mengalami bonus demografi. Rentang 2021 hingga 2030 penduduk usia produktif mencapai 191,9 juta jiwa dan kebutuhan talenta digital sembilan juta," katanya.
Sedangkan pada puncak bonus demografi 2035 dengan usia produktif akan mencapai 64 persen dari jumlah penduduk yang diperkirakan 297 juta jiwa.
"Pada saat itu kebutuhan digital talenta sembilan juta dan digital leadership dua juta orang," katanya.
Laode mengatakan total pekerja migran Indonesia di luar negeri sembilan juta orang dan 31,82 persen pekerja migran berpotensi melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Penawaran tersebut disampaikan oleh Rektor UICI Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin dalam diskusi melalui Zoom dengan tema "Pendidikan Tinggi Digital Peluang dan Tantangannya bagi Pekerja Migran Indonesia" yang dipantau dari Kuala Lumpur, Sabtu.
Diskusi dibuka oleh Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi KAHMI, Prof. Dr. Ravik Karsidi dan sambutan oleh Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI, Ahmad Riza Patria yang juga Wagub DKI Jakarta dan Wakkeppri KBRI Kuala Lumpur, Agung Cahaya Sumirat.
Sebagai pembicara kunci adalah Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziyah, sedangkan narasumber lainnya adalah Ketua Komnas HAM tahun 2014-2015, Hafiz Abbas dengan moderator Atdikbud KBRI Kuala Lumpur, Mokh. Farid Maruf.
Laode Masihu Kamaluddin mengatakan program studi S1 yang ditawarkan adalah bisnis digital, sains data, komunikasi digital dan informatika.
Laode mengatakan UICI merupakan perguruan tinggi digital pertama di Indonesia yang tidak membatasi usia mahasiswa, dapat kuliah dari mana saja, dapat kuliah di waktu yang diinginkan dan dapat diakses menggunakan telepon genggam, laptop maupun perangkat gawai lain.
Tentang latar belakang pendirian UICI, Laode mengatakan saat ini populasi penduduk Indonesia mencapai 274,9 juta jiwa dengan rata-rata penggunaan internet delapan jam 52 menit.
"Dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 345,3 jiwa menggunakan telepon genggam, 202,6 juta jiwa menggunakan internet dan 170 juta jiwa aktif bermedia sosial," katanya.
Sementara itu tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 adalah literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia.
"Indonesia akan mengalami bonus demografi. Rentang 2021 hingga 2030 penduduk usia produktif mencapai 191,9 juta jiwa dan kebutuhan talenta digital sembilan juta," katanya.
Sedangkan pada puncak bonus demografi 2035 dengan usia produktif akan mencapai 64 persen dari jumlah penduduk yang diperkirakan 297 juta jiwa.
"Pada saat itu kebutuhan digital talenta sembilan juta dan digital leadership dua juta orang," katanya.
Laode mengatakan total pekerja migran Indonesia di luar negeri sembilan juta orang dan 31,82 persen pekerja migran berpotensi melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.