Kantor berita RIA yang mengutip sumber diplomatik lain mengatakan bahwa tuntutan Rusia mencakup penghapusan "hambatan ekspor" yang didorong oleh sanksi Barat.
“Ada kendala bagi pihak Rusia di bidang asuransi kapal, logistik, jasa transportasi dan operasional perbankan akibat sanksi yang dijatuhkan,” kata sumber tersebut.
Rusia terus mengekspor gandum sejak perang dimulai, tetapi menghadapi kekurangan kapal besar karena banyak pemilik takut untuk mengirim kapalnya ke wilayah tersebut. Biaya pengangkutan dan asuransi juga meningkat tajam.
Sementara itu, Ukraina menyatakan harapannya agar ekspor gandum meningkat meski Rusia memblokade pelabuhan Laut Hitam.
Dikutip oleh surat kabar Spanyol El Pais, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa Kiev "dua langkah lagi" untuk mencapai kesepakatan dengan Moskow.
Baca juga: Jokowi: Negara-negara G7 dan G20 harus segera atasi krisis pangan
"Kekhawatiran keamanan, terkait dengan posisi Rusia, perlu ditangani. Kami berada di fase akhir dan sekarang semuanya tergantung pada Rusia," katanya.
Ia mengatakan bahwa Moskow masih bisa menunda pembicaraan.
Invasi Rusia dan blokade laut Ukraina telah menghentikan ekspor, menyebabkan puluhan kapal terdampar, dan lebih dari 20 juta ton gandum terjebak dalam silo di Odesa.
Petani di kedua negara saat ini sedang memanen gandum untuk musim tanam 2022. Juli-November biasanya merupakan waktu tersibuk bagi para pedagang untuk mengirimkan hasil panen baru dari kedua negara.
Panen yang akan datang juga berisiko karena Ukraina sedang kekurangan ruang penyimpanan akibat penghentian ekspor.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden undang belasan pemred bahas krisis global hingga swasembada beras
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Turki, Rusia, Ukraina dan PBB bahas ekspor gandum