Lahir di Tanah Suci namun Merah Putih tetap di hati

id HUT RI,WNI di Mekkah,Merah Putih Oleh Desi Purnamawati

Lahir di Tanah Suci namun Merah Putih tetap di hati

Faiz Musa, pemuda asli Madura, Jawa Timur yang lahir dan besar di Mekkah, Arab Saudi. (ANTARA/Dokumen Pribadi)



Jadilah Faiz terjaga sendirian di tengah malam, sedangkan saudara-saudaranya semua sedang tidur pulas.

"Di Madura, jam sembilan malam semua sudah tidur, gelap, tinggal saya sendiri yang terjaga. Itu tidak enaknya di sana," ujar Faiz terbata-bata dengan mimik wajah yang polos mengundang tawa.

Ada lagi kisahnya yang cukup mengocok perut, saat ia makan nasi goreng di warung pinggir jalan, ternyata tak cukup satu piring, ia memesan tiga piring.

Orang-orang bahkan pedagang nasi goreng sampai tertawa, mengira ia kelaparan karena sudah tak makan beberapa lama, padahal porsi tiga piring itu biasa di Arab yang terkenal dengan porsi makan yang besar.

Penyuka nasi goreng dan soto itu mengaku kaget saat ditanya nasi kucing. Ia berpikir orang Indonesia makan kucing, padahal yang dimaksud adalah nasi yang dijual pedagang angkringan dengan porsi kecil dan aneka lauk sate-satean yang dijual dengan harga murah.

"Saya pikir kucing dimakan," kata Faiz dengan wajah kaget.

Meski masih belum lancar berbahasa Indonesia dan masih banyak kata yang belum dipahami, Faiz mengaku sangat cinta Indonesia. Diakui jati dirinya bahwa ia keturunan Indonesia sehingga sampai mencari asal-usulnya hingga datang ke Pulau Madura.

Faiz mengaku punya beberapa baju batik yang ia beli saat di Indonesia. Ia juga terus mencari tahu tentang budaya Indonesia baik melalui media sosial maupun langsung dari orang-orang Indonesia yang dikenal.

Ia bangga bisa bergabung sebagai petugas haji Indonesia, mengenakan seragam dengan atribut bendera Merah Putih di dada. Menandakan ia juga bagian dari Nusantara, anak bangsa yang meski jauh di negeri orang, sekolah, mengenyam pendidikan bahkan mendapatkan beasiswa dari pemerintah Saudi akan tetapi tetap warga negara Indonesia.

Suatu saat, jika memang harus memilih dia siap untuk menetap di Tanah Air, dan berbuat sesuatu untuk kemajuan Indonesia.

 
Abdurrahman yang juga lahir dan besar di Mekkah, Arab Saudi. (ANTARA/Dokumen Pribadi)



Rasa bangga sebagai orang Indonesia juga dirasakan Abdurrahman yang juga lahir dan besar di Mekkah.

Abdu, panggilan akrabnya, mengaku keluarga mengenalkannya dengan beberapa budaya Indonesia seperti tahlilan dan maulid serta ziarah kubur yang tidak lazim dilakukan di Arab Saudi.

Di lingkungan rumah, ia biasa berbicara menggunakan bahasa Jawa dan Madura sehingga ia mengerti jika diajak berbahasa daerah meski hanya secara pasif. Tentunya ia lebih mahir berbahasa dan menulis Arab karena sudah terbiasa dari kecil.

Saat kuliah di Al Azhar, Mesir, ia mulai banyak bergaul dengan mahasiswa asal Indonesia sehingga mau tidak mau dia harus belajar bahasa Indonesia.

Pria berkulit putih berdarah campuran Malang dan Madura itu lebih lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Apalagi dia sudah beberapa kali bergabung sebagai petugas haji Indonesia.