Akibat ketiga faktor alam tersebut, hingga periode bulan November 2022, potensi pembentukan siklon tropis di wilayah belahan bumi utara (bbu) Indonesia masih cukup signifikan.
Sehingga, dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di wilayah Indonesia masih harus diwaspadai terutama di wilayah Indonesia bagian utara ekuator, seperti Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Utara.
Sedangkan sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator, seperti Bali, Nusa Tenggara dan sebagian wilayah Jawa kondisi cuaca umumnya cerah hingga berawan dengan potensi hujan relatif kecil untuk sepekan ke depan.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menjelaskan untuk periode sepekan ke depan, dinamika atmosfer skala regional yang meliputi fenomena gelombang atmosfer dan pola-pola tekanan rendah, masih berpotensi dalam memicu peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah Sumatera bagian Tengah dan Selatan, Kalimantan Tengah, Selatan, dan Timur, serta Sulawesi Selatan.
Sedangkan sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator seperti Bali-Nusa Tenggara dan sebagian wilayah Jawa kondisi cuaca umumnya cerah hingga berawan dengan potensi hujan relatif kecil.
“Fenomena iklim global dan kami berharap seluruh masyarakat untuk terus mengikuti perkembangan informasi cuaca dan iklim yang disebarluaskan oleh BMKG agar risiko yang mungkin terjadi terkait cuaca atau iklim ekstrem dapat diminimalisasi,” ujar Guswanto.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG paparkan alasan hujan lebat terjadi di musim kemarau