Kuala Lumpur (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono menjelaskan perlu ada adaptasi model belajar Universitas Terbuka (UT) untuk mengatasi persoalan pendidikan bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
"Persoalan anak-anaknya lebih kompleks," kata Hermono pada acara Wisuda Universitas Terbuka Malaysia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, Minggu, menjelaskan persoalan pendidikan PMI dan keluarganya di Malaysia.
Ada sekitar 402 Community Learning Center (CLC) di Sabah dan Sarawak dan kebanyakan siswanya merupakan anak-anak ladang yang rata-rata sudah masuk ke perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Saat ini, Hermono mengatakan akan dicoba di Semenanjung.
Menurut dia, ada lebih dari 50.000 anak-anak dari PMI di Malaysia bagian timur, sementara jumlah di Semenanjung diperkirakan juga besar.
Saat ini, dia mengatakan, ada 25 Sanggar Bimbingan di Semenanjung dan terus akan ditambah supaya mereka juga dapat masuk Universitas Terbuka.
"Hanya persoalannya bagaimana membuka akses untuk bisa belajar jarak jauh ya. Pandemi (COVID-19) buktikan bahwa distance learning sangat mungkin dilakukan. Ini perlu kita bicarakan ke pusat," kata Hermono.
Dia menjelaskan bukan hanya perguruan tinggi saja yang dapat belajar jarak jauh, tapi pendidikan jenjang lebih rendah juga dapat dilakukan.
"Dalam kesempatan ini kita mau lihat model Universitas Terbuka diadaptasi ke jenjang yang lebih rendah. Kita harus mulai dari sekarang juga," kata Dubes.
Hermono mengatakan selalu memberikan dukungan kepada PMI di Malaysia dan secara pribadi mendukung setiap proses belajar mengajar yang menaikkan kapasitas pekerja migran Indonesia di negeri jiran itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dubes RI: Perlu ada adaptasi model belajar UT untuk anak-anak PMI
Dubes: Adaptasi model belajar Universitas Terbuka diperlukan untuk anak PMI
Dalam kesempatan ini kita mau lihat model Universitas Terbuka diadaptasi ke jenjang yang lebih rendah. Kita harus mulai dari sekarang juga