Jakarta (AntaraKL) - Sutradara Garin Nugroho membuat film bisu "Setan Jawa" dalam format hitam putih sebagai bagian proyek perayaan 35 tahun berkarya di industri seni. Film "Setan Jawa".
"Film ini akan diiringi orkestra Rahayu Supanggah," kata Garin di IFI Jakarta, Selasa.
Film mengenai pesugihan ini dibuat karena Garin ingin menciptakan karya baru yang menantang dari segi artistik.
Selain "Setan Jawa", sutradara 54 tahun ini juga membuat film "Nyai" berlatar belakang 1920-an.
"Film ini satu shot 1,5 jam," ungkap ayah dari sutradara Kamila Andini.
Selama 35 tahun berkarya, Garin menyimpulkan dirinya harus terus mencoba membuat karya-karya inovatif. Dia telah membuat film dengan latar belakang bervariasi, mulai dari "Guru Bangsa: Tjokroaminoto" yang menggambarkan era 1900-an, "Aach.... Aku Jatuh Cinta!" dari akhir tahun 70-an, film berlatar belakang 90-an lewat "Cinta Dalam Sepotong Roti" hingga penggambaran 1998 dalam "Daun di Atas Bantal". Tema yang diangkat pun luas, dari percintaan, mistis, sosial, politik hingga radikalisme.
"Seperti miniatur Indonesia," kata Garin yang juga membuat instalasi seni bertema Salvador Dali.
Garin juga menggarap skenario "Marlina The Murderer in Four Acts" yang dipercayakan kepada sutradara Mouly Surya.
Film yang berkisah tentang perempuan Sumba bernama Marlina (Marsha Timothy) memenggal kepala perampok dan membawanya dalam sebuah perjalanan rupanya diinspirasi dari kisah nyata. Garin mengisahkan pengalaman ketika berkunjung ke Sumba bertahun-tahun lalu.
"Ada kejadian di depan mata, di pasar ada orang yang dendam, lalu orang lagi jualan dia potong lehernya. Kepala itu dibawa ke kantor polisi, lalu dia menyerahkan diri," kenang sutradara yang menerima penghargaan di bidang Seni dan sastra dari Pemerintah Prancis “Ordre des Arts et des Lettres”.
Pengalaman itu menginspirasinya menulis skenario "Marlina The Murderer in Four Acts".