Wisata batik Jalur Pantura yang luput dari pemudik

id batik trusmi cirebon,desa trusmi cirebon,batik mega mendung,sunan gunung jati,wisata cirebon,jalur pantura

Wisata batik Jalur Pantura yang luput dari pemudik

Sejumlah pembatik cap yang sedang bekerja menyelesaikan satu pola kain batik. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Makanya, berbagai inovasi terus dilakukan, seperti dipadupadankan dengan kain jeans yang ditempelkan pada baju, celana, outer sampai tas jinjing, agar desain modelnya jauh lebih trendy.

Batik Trusmi juga menyediakan pilihan batik dari luar Kota Cirebon. Tujuannya supaya masyarakat memiliki lebih banyak pilihan tanpa perlu jauh-jauh mendatangi tempat aslinya.

“Kami ingin batik itu bisa dipakai sampai go international. Jadi batik harus dikenal bukan cuma untuk pergi kondangan saja. Harusnya batik bisa juga dipakai untuk nongkrong ngopi, jadi membuat batik terlihat modern tanpa menghilangkan budayanya,” ucap Zee.
 

Dalami dunia batik

Dikarenakan sejak awal berdiri mengusung tema “One Stop Shopping”, fasilitas wisata di Batik Trusmi tidak ada habisnya untuk dikupas. Kepuasan amat dijunjung tinggi di sana, sebab tak hanya berjualan baju batik, pengunjung bisa masuk ke Museum Trupark.

Museum itu merupakan wahana baru yang mungkin baru berdiri dua tahun lalu. Di sini pengunjung diajak berkilas balik tentang kisah berdirinya Batik Trusmi melalui deretan foto-foto hitam putih yang digantung di dinding menggunakan bingkai berwarna hitam sederhana.

Tepat di depan deretan foto itu diletakkan setidaknya empat kain batik, yakni Batik Puger, Batik Soloan, Batik Sawat Rangduan dan Batik Lasem yang kini sudah tidak diproduksi lagi.

Menurut Supervisor Batik Trusmi Widi, pada zaman dahulu keempat batik itu dibuat dengan warna yang amat halus karena menggunakan pewarna alami. Namun jika dibuat pada masa kini, proses produksi bisa memakan waktu yang lebih lama dan menghambat distribusi karena pewarnaannya juga menggunakan campuran sedikit bahan kimia, supaya banyak kain bisa diselesaikan dalam satu waktu.

Kemudian supaya lebih mudah dipahami pengunjung, berbagai alat membatik, mulai dari pola batik cap, berbagai jenis canting, lilin batik, wajan, dingklik sampai gawangan dipamerkan dengan nuansa khas Jawa.
 

Salah satu area belajar batik di Museum Trupark milik Batik Trusmi. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)


Masih dalam ruangan yang sama pengunjung dapat berswafoto ria bersama keluarga di sejumlah spot foto yang disediakan, misalnya pada ruang topeng khas Cirebon, ruang batik 3D hingga berfoto bersama tokoh wayang terkenal.

Selain itu pengunjung juga diajak mempelajari batik langsung dengan menggunakan canting dan pola yang disediakan.

Mempelajari kisah batik Nusantara tentunya akan membuat perut keroncongan, saking serunya. Tetapi tenang saja, pengunjung bisa membeli beraneka jenis oleh-oleh, seperti pie isi pisang atau apel, bolu batik dengan aroma yang amat wangi, hingga kerupuk “melarat” yang digoreng menggunakan pasir.

Sambil memilih, pastinya pengunjung bisa melihat secara langsung bagaimana proses kerupuk itu dibuat hingga matang. Toko batik ini pun sudah mempunyai fasilitas bernama Batik Kitchen yang menyediakan makanan khas Kota Cirebon, seperti empal gentong atau empal asem. Di sudut ruangan disediakan pula tiga kursi pijat untuk pemudik.
 

Pembatik lokal

Keseruan dari mengunjungi Kawasan Wisata Batik Trusmi lainnya adalah melihat dan berkenalan langsung dengan 17 orang pembatik serta tiga pengecap kain. Para pembatik itu mayoritas memang warga yang tinggal di Desa Trusmi, sebuah desa yang secara turun temurun menjadi pembatik.

Mereka bekerja di dalam sebuah ruangan luas yang menyebarkan diri menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, yakni para pengecap, menempati sudut ruangan depan di dekat rak kain katun, dobi, dan viscose.