Bahasa kasih sayang menjaga keluarga dari bahaya napza

id seminar parenting dan Napza,HA IPB University,PPI Malaysia Oleh Virna P Setyorini

Bahasa kasih sayang menjaga keluarga dari bahaya napza

Suasana seminar Parenting dan Keluarga Membangun Keluarga Bahagia di Era Digital yang diadakan MES Malaysia dan Himpunan Alumni (HA) IPB bersama Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia di Masjid Asy-Syakirin, KLCC, Kuala Lumpur, Sabtu (15/7/2023). (ANTARA/Virna P Setyorini)


Sementara untuk anak dengan baterai pelayanan di urutan pertama, maka jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih pada mereka. Jika baterai itu kosong, maka anak akan menjadi kasar, suka mem-bully, karena di rumah tidak diberi kesempatan untuk melayani.

Bagi anak dengan baterai waktu berkualitas di urutan pertama, maka temani mereka setidaknya 15 menit dalam setiap kali kesempatan. Jika tidak, mereka akan mudah ngambek dan mengunci diri dalam kamar.

Terakhir, anak dengan baterai menerima hadiah di urutan pertama, mereka akan senang membuat karya sendiri dan diberikan pada seseorang. Simpan dan rawat pemberian mereka dengan baik, jika tidak dipenuhi mereka menjadi akan sangat pelit dan tidak suka berbagi.

Konsep bahasa kasih sayang itu, baru lima tahun lalu diperkenalkan. Aisah telah menerapkan itu kepada suami dan anak-anaknya.

“Yang diperhatikan (urutan) baterai 1 dan 2 saja. Insya Allah anak tidak akan membangkang,” ujar dia, yang mengangkat tema “Bahasa kasih sayang di era digital” dalam seminar itu.

Ia menyakini tidak ada yang kesalahan dalam pola asuh orang tua, hanya saja mereka terkadang belum mengetahui atau kurang tahu tentang anaknya dan itu bisa diatasi.

Akan salah kalau kita selalu bilang salah. Akhirnya menyalahkan Allah.

Maka meminta maaf dan mencari tahu apa yang kurang, akan lebih baik. Teori baterai kasih sayang menjadi cara cepat mengobati batin seorang anak yang terluka (wounded inner child).


Orang terdekat

International Recovery Coach dari Malaysia Dato H Yunus Pathi Muhammad yang juga merupakan pendiri Yayasan Pengasih Malaysia juga mengatakan, perlu ada satu kawan baik, entah itu istri, kakak, abang, adik yang benar-benar dipercaya dan mau mendengar tanpa prasangka terhadap si pecandu.

Dato Yunus yang merupakan mantan pecandu mengaku bersyukur memiliki kawan baik yang akhirnya dapat memotivasi mengeluarkan diri dari ketergantungan narkotika.

Banyak pecandu napza yang tidak dapat berubah dengan cara rehabilitasi. Itu karena keluarga atau orang terdekat tidak terlibat dan menyerahkan begitu saja dengan pusat rehabilitasi.

Masjid Asy-Syakirin, KLCC, Kuala Lumpur, Sabtu (15/7/2023). (ANTARA/Virna P Setyorini)

Maka pusat rehabilitasi narkotika harus memiliki program yang jelas untuk dapat benar-benar melepaskan mereka yang mengalami ketergantungan terhadap napza.

Jika ibu bapak tidak aktif, keluarga tidak terlibat, semua akan menjadi susah. Jika pecandu sendiri, tidak ada kekuatan, maka yang terjadi bisa kambuh.

Perjuangan spiritual pada akhirnya yang dapat mengubah diri pecandu napza. Karena itu perlu mengamalkan tasawuf, bukan hukuman seperti penjara.

Omar Abdullah, yang juga mantan pecandu narkotika mengatakan sudah merasakan dinginnya tembok penjara hingga tidur di pinggir jalan karena barang haram itu.

Dirinya mengaku tidak memiliki kekuatan untuk keluar dari titik terendah dalam hidupnya itu. Spiritualitas menjadi inti perjuangan sampai akhirnya dapat keluar dari jerat napza, dan keluarga perlu paham seiring sejalan.

Turut hadir mengikuti seminar tersebut yakni Istri Duta Besar RI untuk Malaysia Kiki Hermono dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur Prof Muhammad Firdaus.

Hadir pula pengurus dan pengajar sejumlah Sanggar Bimbingan (SB) yang ada di Kuala Lumpur, mahasiswa Indonesia di Kuala Lumpur, WNI dan warga Malaysia.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Sehingga orang tua hendaknya belajar dan membekali diri dengan informasi tentang tumbuh kembang anak.

Sehingga pada akhirnya, orang tua juga bisa menentukan pola didik dan efektif bagi anak.

Dengan dua tema seminar tersebut, harapannya orang tua maupun calon orang tua tahu cara memonitor dan mendisiplinkan anak-anak mereka, sehingga bisa membina keluarga yang bahagia yang saling peduli dan menyayangi.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bahasa kasih sayang menjaga keluarga dari napza