Acara tersebut diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) atas dukungan dari Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) RI dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.
"Gagasan dasarnya adalah merintis konsolidasi jaringan dari para tokoh dan pemimpin agama negara-negara ASEAN," kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya tersebut mengatakan, pihaknya ingin membangun jaringan antarpemimpin umat beragama, serta memproyeksikan hal tersebut ke dalam satu jaringan yang terkonsolidasi dengan kuat.
Dia menyebutkan, konsolidasi tersebut dilakukan dengan cara mencari basis kesamaan latar belakang di antara masyarakat se-Asia Tenggara.
"Kami menemukan dalam sejarah masyarakat Asia Tenggara pernah mempunyai basis peradaban yang sama," ujarnya.
Hal tersebut, kata dia, dibuktikan dengan adanya peradaban Kerajaan Sriwijaya yang bertahan selama tujuh abad di berbagai daerah di Asia Tenggara, bahkan India.
"Hal ini yang kami coba jadikan landasan strategi, untuk mengonsolidasi jaringan para pemimpin umat beragama di ASEAN," tuturnya.
Menurutnya, strategi tersebut sesuai dengan tema dan judul acara, karena melibatkan para tokoh agama, serta berbasis nilai kultural yang diwarisi secara bersama-sama.
Acara ini akan dilaksanakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta pada 7 Agustus 2023 mendatang, serta diikuti oleh 200 peserta, termasuk 11 pembicara dalam negeri, 15 pembicara luar negeri, serta 27 delegasi dari negara-negara ASEAN dan negara undangan seperti Amerika Serikat, China, India, dan Jepang.
Acara ini merupakan bagian dari keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023 ini. Rencananya, acara ini juga turut dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo.
Adapun hasil dan kesimpulan dari acara ini akan menjadi salah satu pokok diskusi yang akan dibahas pada agenda KTT ASEAN Summit berikutnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: RI konsolidasi para pemimpin umat beragama ASEAN melalui IIDC 2023