Megawati, Mahathir, dan Anwar simbol kekerabatan Indonesia dan Malaysia
Kuala Lumpur (ANTARA) - Presiden ke-5 Republik Indonesia yang juga Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melakukan pertemuan dengan dua tokoh terpenting Malaysia, yakni mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dan PM Malaysia Anwar Ibrahim secara terpisah.
Pertemuan ketiga tokoh dari dua negara pada awal pekan ini tersebut berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang kental. Megawai membahasakan pertemuan dengan dua tokoh penting Malaysia tersebut sebagai sebuah kunjungan “kangen-kangenan”.
Dengan mereka, Megawati sudah kenal cukup lama. Dan juga kalau Mahathir dan Anwar ke Jakarta, selalu membuat janji dengan Megawati. Jadi pertemuan ini semacam membalas kedatangan mereka setiap kali ke Jakarta.
Banyak hal yang mereka bahas. Dari mulai soal yang lebih kekeluargaan, seperti bagaimana Mahathir Mohamad yang berusia 98 tahun masih sangat sehat, lalu saling mendoakan agar tetap sehat walafiat, hingga soal politik internal di dua negara.
“Saling mendoakan, saling menceritakan perpolitikan Indonesia dan Malaysia,” ujar Megawati.
Pertemuan dengan Mahathir bernuansa kekeluargaan yang sangat kental. Bahkan, Perdana Menteri ke-4 dan ke-7 Malaysia itu berharap Megawati dapat mengirimkan makanan kesukaannya dari Indonesia.
“Saya tahu kegemaran makannya, senang rendang daging. Itu beliau kalau ke Jakarta ada Rumah Makan Padang Natrabu di (Jalan) Sabang. Katanya itu yang enak rendangnya. Jadi saya bilang ke beliau 'rendang saya lebih enak’,” ujar dia, mengulangi perkataannya kepada Mahathir.
Mahathir juga senang makan salak, termasuk juga suka dengan salak gula pasir Bali. Setiap kali berpesan kepada dirinya, meminta tolong agar ketika musimnya tiba dapat mengirimkannya ke Malaysia. Permintaan itu disanggupi Megawati.
“Tadi saya juga bilang, masih mau enggak salak dan rendang? Beliau bilang 'oh mau sekali',” tutur Megawati.
Ada pula perbincangan yang menyinggung rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan. Mahathir mengatakan pemindahan itu merupakan proyek besar dan dalam waktu yang panjang. Berbeda tentunya dengan pemindahan pusat pemerintahan Malaysia dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, yang jaraknya hanya sekitar 25 kilometer.
"Dulu Kuala Lumpur sesak. Kita pindahkan pusat pemerintahan ke Putrajaya. Tak jauh hanya 25 kilometer. Beda dengan IKN," kata Mahathir.
Selain itu, Putrajaya tidaklah luas. Tidak sampai 50 kilometer persegi (km2).
Saat bertemu Anwar Ibrahim
Begitu pula ketika bertemu dengan Anwar Ibrahim, Megawati mengatakan Perdana Menteri Malaysia itu juga meminta sekiranya memungkinkan untuk dapat saling berkunjung, dapat saling memberikan masukan.
“Terutama kan Pak Anwar baru jadi Perdana Menteri, kan ya. Beliau mengatakan sekiranya memungkinkan untuk bisa saling berkunjung. Akan tetapi saya langsung bilang, ’Nanti ya, kalau pemilu Indonesia sudah selesai,” kata dia.
Tentu saja, Megawati yang baru menerima gelar doktor honoris causa dari Universiti Tunku Abdul Rahman juga menjadi pembicaraan dalam pertemuan tersebut. Itu menjadi gelar doktor kehormatan kesepuluh baginya, diperoleh dari berbagai universitas di dalam dan luar negeri.
Baik Mahathir maupun Anwar tak bisa hadir saat upacara. Namun mereka, mengikuti dan mendapat laporan soal isi orasi ilmiah yang disampaikan Megawati pada 2 Oktober 2023.
.
“Mereka berdua itu juga mengucapkan selamat bahwa juga merasa senang. Apalagi yang diberikan itu kan (gelar doktor bidang) social science. Ibu Anwar (Wan Azizah Wan Ismail) bilang, itu sebuah hal yang sebenarnya tidak biasa untuk diberi honoris causa untuk yang namanya social science itu,” kata Megawati.
Pertemuan itu sekaligus menjadi kesempatan bagi mereka untuk saling bernostalgia. Bagaimana Anwar Ibrahim yang ketika itu masih ada di dalam penjara menyampaikan keinginan untuk berkenalan dengan Megawati.
Sejak saat itu, mereka menjadi sahabat. Saat itulah Wan Azizah Wan Ismail yang memimpin sebagai ketua umum partai.
“Saya ya ketika menjadi Presiden, saya mendengar Ibu Anwar (Wan Azizah Wan Ismail) sedang ada di Jakarta, saya mengundang beliau. Dan beliau sangat mengapresiasi,” kata Megawati dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Kuala Lumpur.
Megawati mengamini bila pertemuan dengan kedua tokoh itu bernuansa kekeluargaan. Priysha, cucu Megawati, yang ikut hadir di sana diajak berbincang soal politik oleh Anwar Ibrahim.
Anwar, menurut Megawati, meminta cucunya itu belajar politik.
“(Pak Anwar bilang ke Priysha) Mesti tahu politik. Mbak Priysha bilang belajar sedikit-sedikit. Ya, lalu Pak Anwar mengomentari, kamu mesti (belajar politik), harus. Karena kakek kamu itu (Bung Karno, red) seorang politikus yang andal. Dan ada guyonan-guyonan yang mungkin tidak perlu diceritakan,” kata Megawati, mengulangi potongan pembicaraannya dengan Anwar.
Apa pun itu, Megawati juga menyadari bahwa baik dirinya maupun Mahathir dan Anwar, adalah simbol kekerabatan antara Indonesia dan Malaysia. Dan kekerabatan yang baik harus selalu dijaga.
Megawati percaya bahwa selain sama-sama hidup di regional yang sama, negara di ASEAN itu juga berasal dari akar budaya dan sosial yang banyak kemiripan.
“Bukan hanya Malaysia, ASEAN ini kan dari akar budaya dan sosialnya itu sebetulnya banyak kemiripan yang sama,” ujar dia.
Bahkan dari sisi pemerintahan--jika diperhatikan--sebenarnya pergantian pemimpin di kawasan regional tersebut dapat dikatakan bukan oleh politikus baru.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Megawati, Mahathir, dan Anwar simbol kekerabatan Indonesia-Malaysia
Pertemuan ketiga tokoh dari dua negara pada awal pekan ini tersebut berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang kental. Megawai membahasakan pertemuan dengan dua tokoh penting Malaysia tersebut sebagai sebuah kunjungan “kangen-kangenan”.
Dengan mereka, Megawati sudah kenal cukup lama. Dan juga kalau Mahathir dan Anwar ke Jakarta, selalu membuat janji dengan Megawati. Jadi pertemuan ini semacam membalas kedatangan mereka setiap kali ke Jakarta.
Banyak hal yang mereka bahas. Dari mulai soal yang lebih kekeluargaan, seperti bagaimana Mahathir Mohamad yang berusia 98 tahun masih sangat sehat, lalu saling mendoakan agar tetap sehat walafiat, hingga soal politik internal di dua negara.
“Saling mendoakan, saling menceritakan perpolitikan Indonesia dan Malaysia,” ujar Megawati.
Pertemuan dengan Mahathir bernuansa kekeluargaan yang sangat kental. Bahkan, Perdana Menteri ke-4 dan ke-7 Malaysia itu berharap Megawati dapat mengirimkan makanan kesukaannya dari Indonesia.
“Saya tahu kegemaran makannya, senang rendang daging. Itu beliau kalau ke Jakarta ada Rumah Makan Padang Natrabu di (Jalan) Sabang. Katanya itu yang enak rendangnya. Jadi saya bilang ke beliau 'rendang saya lebih enak’,” ujar dia, mengulangi perkataannya kepada Mahathir.
Mahathir juga senang makan salak, termasuk juga suka dengan salak gula pasir Bali. Setiap kali berpesan kepada dirinya, meminta tolong agar ketika musimnya tiba dapat mengirimkannya ke Malaysia. Permintaan itu disanggupi Megawati.
“Tadi saya juga bilang, masih mau enggak salak dan rendang? Beliau bilang 'oh mau sekali',” tutur Megawati.
Ada pula perbincangan yang menyinggung rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan. Mahathir mengatakan pemindahan itu merupakan proyek besar dan dalam waktu yang panjang. Berbeda tentunya dengan pemindahan pusat pemerintahan Malaysia dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, yang jaraknya hanya sekitar 25 kilometer.
"Dulu Kuala Lumpur sesak. Kita pindahkan pusat pemerintahan ke Putrajaya. Tak jauh hanya 25 kilometer. Beda dengan IKN," kata Mahathir.
Selain itu, Putrajaya tidaklah luas. Tidak sampai 50 kilometer persegi (km2).
Saat bertemu Anwar Ibrahim
Begitu pula ketika bertemu dengan Anwar Ibrahim, Megawati mengatakan Perdana Menteri Malaysia itu juga meminta sekiranya memungkinkan untuk dapat saling berkunjung, dapat saling memberikan masukan.
“Terutama kan Pak Anwar baru jadi Perdana Menteri, kan ya. Beliau mengatakan sekiranya memungkinkan untuk bisa saling berkunjung. Akan tetapi saya langsung bilang, ’Nanti ya, kalau pemilu Indonesia sudah selesai,” kata dia.
Tentu saja, Megawati yang baru menerima gelar doktor honoris causa dari Universiti Tunku Abdul Rahman juga menjadi pembicaraan dalam pertemuan tersebut. Itu menjadi gelar doktor kehormatan kesepuluh baginya, diperoleh dari berbagai universitas di dalam dan luar negeri.
Baik Mahathir maupun Anwar tak bisa hadir saat upacara. Namun mereka, mengikuti dan mendapat laporan soal isi orasi ilmiah yang disampaikan Megawati pada 2 Oktober 2023.
.
“Mereka berdua itu juga mengucapkan selamat bahwa juga merasa senang. Apalagi yang diberikan itu kan (gelar doktor bidang) social science. Ibu Anwar (Wan Azizah Wan Ismail) bilang, itu sebuah hal yang sebenarnya tidak biasa untuk diberi honoris causa untuk yang namanya social science itu,” kata Megawati.
Pertemuan itu sekaligus menjadi kesempatan bagi mereka untuk saling bernostalgia. Bagaimana Anwar Ibrahim yang ketika itu masih ada di dalam penjara menyampaikan keinginan untuk berkenalan dengan Megawati.
Sejak saat itu, mereka menjadi sahabat. Saat itulah Wan Azizah Wan Ismail yang memimpin sebagai ketua umum partai.
“Saya ya ketika menjadi Presiden, saya mendengar Ibu Anwar (Wan Azizah Wan Ismail) sedang ada di Jakarta, saya mengundang beliau. Dan beliau sangat mengapresiasi,” kata Megawati dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Kuala Lumpur.
Megawati mengamini bila pertemuan dengan kedua tokoh itu bernuansa kekeluargaan. Priysha, cucu Megawati, yang ikut hadir di sana diajak berbincang soal politik oleh Anwar Ibrahim.
Anwar, menurut Megawati, meminta cucunya itu belajar politik.
“(Pak Anwar bilang ke Priysha) Mesti tahu politik. Mbak Priysha bilang belajar sedikit-sedikit. Ya, lalu Pak Anwar mengomentari, kamu mesti (belajar politik), harus. Karena kakek kamu itu (Bung Karno, red) seorang politikus yang andal. Dan ada guyonan-guyonan yang mungkin tidak perlu diceritakan,” kata Megawati, mengulangi potongan pembicaraannya dengan Anwar.
Apa pun itu, Megawati juga menyadari bahwa baik dirinya maupun Mahathir dan Anwar, adalah simbol kekerabatan antara Indonesia dan Malaysia. Dan kekerabatan yang baik harus selalu dijaga.
Megawati percaya bahwa selain sama-sama hidup di regional yang sama, negara di ASEAN itu juga berasal dari akar budaya dan sosial yang banyak kemiripan.
“Bukan hanya Malaysia, ASEAN ini kan dari akar budaya dan sosialnya itu sebetulnya banyak kemiripan yang sama,” ujar dia.
Bahkan dari sisi pemerintahan--jika diperhatikan--sebenarnya pergantian pemimpin di kawasan regional tersebut dapat dikatakan bukan oleh politikus baru.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Megawati, Mahathir, dan Anwar simbol kekerabatan Indonesia-Malaysia