Livi terkendala sutradarai film Hollywood karena Asia

id Livi terkendala sutradarai film Hollywood karena Asia

Livi terkendala sutradarai film Hollywood karena Asia

Sutradara film Brush with Danger, Livi Zheng. Film Brush With Danger masuk nominasi best picture Piala Oscar 2015. (Antara/Anom Prihantoro)

Jakarta, (AntaraKL) - Perempuan asal Blitar, Jawa Timur, Livi Zheng sempat terkendala menyutradarai film perdananya di Hollywood, Amerika Serikat, "Brush with Danger" karena dipandang sebelah mata sebagai orang Asia.

"Salah satu rekan saya menyebut ada tiga hal yang menjadi penghalang saya untuk menyutradarai di sini, yaitu saya Asia, muda dan perempuan," kata Livi saat mengunjungi Kantor Berita Antara, Jakarta, Rabu (19/8).

Menurut dia, dunia perfilman di AS lebih banyak dipenuhi insan kreatif yang memiliki latar belakang kulit putih atau bule, sarat pengalaman dan laki-laki.

Atas dasar itu, kata Livi, ia sempat kesulitan untuk menjadi sutradara. Namun, tiga kendala itu bisa dikikisnya secara perlahan-lahan berkat kerja keras.

Kerja keras di perfilman, menurut dia, dimulai dengan membantu banyak hal dalam proses produksi. Berbagai pekerjaan di balik layar juga dilakoninya seperti menjadi penata setting, penulis naskah, asisten produksi dan lainnya.

Perlahan, lanjut Livi, ia akhirnya dipercaya menyutradarai film "Brush with Danger" yang rilis di layar perak AS pada November 2014.

Kendati demikian, dia mengaku ada faktor keberuntungan yang membuka peluangnya menyutradarai film Hollywood, yaitu kemahirannya dalam beladiri wushu. Lewat seni beladiri Tiongkok ini dia berkenalan dengan seorang produser ternama.

Sementara itu, perempuan lulusan sekolah beladiri Shi Cha Hai Sports School ini bersyukur filmnya masuk nominasi Piala Oscar 2015, sebagai salah satu penghargaan tertinggi bagi insan perfilman di dunia.

Livi mengaku pada awal 2015 sempat tidak percaya jika filmnya itu masuk nominasi Oscar.

Film "Brush with Danger" ini masuk nominasi kategori best picture dalam Piala Oscar 2015, bersaing dengan film "The Hobbit" dan "Transformers".

Menurut Livi, filmnya masuk Piala Oscar karena mengangkat sisi kemanusiaan, atau berbeda dengan sejumlah film nominasi lainnya yang mengusung sisi grafis dan teknologi masa depan. (Anom/sh)