Korban bus terbakar batalkan studi banding

id Bus Terbakar

Korban bus terbakar batalkan studi banding

Bus wisatawan WNI yang terbakar (Foto ANTARA / Berita Harian) (1)

"Paginya saya dibantu ayah saya yang sering kutbah di KBRI Kuala Lumpur dan Bapak Feby dari Imigrasi untuk pengurusan SPLP dan `special pass` sehingga kami berangkat ke KBRI dengan menggunakan bus baru dari biro perjalanan," katanya.
Kuala Lumpur, (AntaraKL) - Sebanyak 32 guru dari Jakarta dan Bogor yang menjadi korban bus terbakar di Johor, Kamis (14/12), membatalkan studi banding ke Al Hidayah Islamic Pre School Kuala Lumpur.

"Rencana Jumat ini `edutrip` di Kuala Lumpur namun semua barang-barang kami terbakar tidak tersisa jadi kami batalkan," ujar Kepala Sekolah Raudhatul Atfal di Bojong Gede Bogor, Rizka Soleh saat ditemui di KBRI Kuala Lumpur, Jumat.

Rizka bersama rombongan berada di KBRI Kuala Lumpur untuk mengurus Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) karena paspor-nya bersama paspor 28 orang hangus terbakar dalam bus wisata dua tingkat atau "double decker" yang ditumpanginya.

Selain itu mereka hendak mengurus "special pass" ke Imigrasi Putrajaya Kuala Lumpur agar bisa lolos dari pemeriksaan Imigrasi Bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) II untuk kembali ke Jakarta, Jumat (15/12) pukul 22.00 malam.

Rizka bercerita dirinya bersama rombongan Ikatan Guru Raudhatul Atfal (IGRA) Rabu (13/12) lalu melakukan "city tour" ke Singapura kemudian pukul 21.00 waktu setempat menyeberang ke Johor Bahru, Malaysia dan menginap di kota tersebut.

Esok harinya rombongan kemudian menaiki bus tingkat ekspres menuju Kuala Lumpur. Tepat pukul 11.00 waktu setempat terjadi insiden di Kilometer 99.9 Jalan Tol Utara-Selatan (PLUS) arah Utara, Yong Peng, Batu Pahat, Negara Bagian Johor.

"Bus yang kami tumpangi terbakar. Kami hanya sempat membawa tas tangan. Barang-barang dalam bagasi ikut hangus. Demikian pula paspor yang masih dikumpulkan tour leader usai `check out` dari hotel. Alhamdulillah kami masih selamat," katanya.

Usai kejadian rombongan kemudian dibawa ke Balai Kepolisian Yong Peng dan mereka dilayani secara baik oleh polisi setempat.

"Paginya saya dibantu ayah saya yang sering kutbah di KBRI Kuala Lumpur dan Bapak Feby dari Imigrasi untuk pengurusan SPLP dan `special pass` sehingga kami berangkat ke KBRI dengan menggunakan bus baru dari biro perjalanan," katanya.

Pada kesempatan yang Kepala Sekolah Raudlatul Atfal Al Istiqomah, Juariah, mengatakan dirinya tidak hanya kehilangan paspor namun juga kartu keluarga yang ikut hangus terbakar.

Sebagian dari rombongan baru pertama kali berkunjung ke luar negeri. Mereka ada yang mengumpulkan uang semenjak satu tahun yang lalu.

Atase Imigrasi KBRI Kuala Lumpur, Mulkan Lekat mengatakan pihaknya telah berupaya untuk membuat SPLP secara cepat untuk kemudahan rombongan kembali ke Indonesia.