Jakarta (AntaraKL) - Kota Tua Jakarta menawarkan paket lengkap bagi penyuka sejarah dan kuliner.

Setelah lelah menjelajahi berbagai peninggalan sejarah, ada berbagai makanan khas Betawi dan makanan bernuansa Belanda yang bisa dicicipi di tempat-tempat berikut di Kota Tua.

Stasiun Jakarta Kota

Ada banyak pilihan moda transportasi untuk sampai ke Kota Tua. Bila ingin melihat suasana stasiun bergaya Eropa, silakan menaiki kereta hingga pemberhentian terakhir stasiun Jakarta Kota. Stasiun ini dibuka pada 1929, dahulu bernama Stasiun Beos (Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij atau Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Ada juga yang menyebut Beos sebagai singkatan dari Batavia En Omstreken (Batavia dan sekitarnya) karena stasiun ini menghubungkan Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung) juga Karavam (Karawang).

Museum Bank Mandiri


Museum yang berdiri pada 2 Oktober 1998 ini awalnya merupakan gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij atau Factorij Batavia, perusahaan dagang Belanda yang berkembang ke bidang perbankan. Gedung bergaya art deco klasik ini dirancang oleh tiga arsitek Belanda, yakni J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde pada 1929 dan selesai dibangun pada 14 Januari 1933.

Gedung ini memiliki menara penangkap angin yang terhubung ke pipa dalam gedung untuk menyalurkan udara segar sebelum ada pendingin udara.


"Tapi ditutup pada 1970-an karena udara Jakarta semakin kotor," kata Adjie Hadipriawan dari Jakarta Food Adventure dalam ajang "Explore Kota Tua & The Taste of Dutch & Betawi Culinary", Minggu (5/6).

Meski luas areanya mencapai 10.039 meter persegi, tempat parkir di Museum Bank Mandiri hanya bisa memuat beberapa mobil. Menurut Adjie, ini karena hanya sedikit orang yang punya mobil pribadi pada masa silam sehingga lahan parkir pun dibuat sempit.

Museum Bank Indonesia

Gedung yang awalnya merupakan rumah sakit ini terletak di depan stasiun Jakarta Kota dan dibangun pada 1828. Museum Bank Indonesia diresmikan pada 21 Juli 2009.

Museum Sejarah Jakarta

Gedung yang juga dikenal sebagai Museum Fatahillah itu dahulu merupakan Kantor Gubernur Jenderal. Tulisan "Gouvernourskantoor" masih terpampang di bagian depan museum ini. Bangunan ini pernah jadi pusat pemerintahan VOC dan Hindia Belanda. Tak hanya itu, gedung yang dibangun pada 1707-1710 ini memiliki ruang pengadilan dan penjara bawah tanah.

Di depan Museum Sejarah Jakarta adalah lapangan Fatahillah yang menjadi tempat turis berseliweran menaiki sepeda ontel.

Gedung-gedung tua peninggalan masa kolonial Belanda yang mengelilingi lapangan ini meliputi Museum Seni Rupa (dulunya Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia) dan Museum Wayang (dulu Gereja Lama Belanda yang dibangun pada 1640). Ada pula gedung Kantor Pos dan Cafe Batavia yang dulunya gudang komoditas hasil bumi.

Jembatan Kota Intan

Jembatan Kota Intan menghubungkan Kalibesar Timur dan Kalibesar Barat. Nama Intan diberikan karena letaknya dekat dengan salah satu bastion Kastil Batavia bernama Bastion Diamant (Intan). Cagar budaya ini dulu dikenal sebagai Jembatan Jungkit karena bagian tengahnya bisa diangkat agar kapal bisa lewat.

Dulunya, jembatan yang dibangun VOC pada 1968 ini dikenal sebagai de Hoenderpasar Brug (Jembatan Pasar Ayam) karena lokasi sekitarnya adalah perdagangan ayam. Vincent van Gogh pernah melukis jembatan ini ketika berkunjung ke Batavia. Jembatan Kota Intan adalah satu-satunya yang tersisa dari jembatan sejenis yang dibangun Belanda.

Toko Merah

Bangunan yang berada di lokasi strategis dekat dengan pusat pemerintahan di tepi Kali Besar (de Groote Rivier) ini dibangun dengan paduan arsitektur klasik Eropa dan China. Seperti namanya, bangunan yang pemiliknya berganti-ganti ini berwarna merah. Pada pertengahan abad 19, gedung ini berfungsi sebagai toko yang dimiliki Oey Liauw Kong.

Setelah itu, Toko Merah pernah dipakai sebagai kantor hingga Gedung Dinas Kesehatan Tentara Jepang. Toko Merah merupakan bangunan kembar, dua rumah di bawah satu atap. Ada dua pintu masuk ke dalam Toko Merah serta pemisah di antaranya. Ini dimaksudkan agar bila ada kebakaran, api tidak akan menjalar bangunan sebelahnya.

Bir pletok

Asal mula dibuatnya bir pletok terinspirasi dari bir yang diminum oleh masyarakat Eropa pada era kolonial Belanda. Penduduk lokal meramu campuran rempah seperti kapulaga, cengkeh, jahe,serai, cabe Jawa, kayu manis dan gula serta secang untuk memberi warna merah. Sama sekali tidak mengandung alkohol.

Agar berbusa seperti bir, air dari campuran rempah dimasukkan ke dalam seruas bambu bersama es batu dan dikocok hingga berbunyi "pletok pletok". Minuman ini bisa disajikan panas maupun dingin sesuai selera.

Di kompleks Kota Tua Jakarta, bir pletok bisa dinikmati di restoran Kedai Seni Djakarte di Jalan Pintu Besar No. 17, Jakarta Barat.

Poffertjes dan bitterballen


Poffertjes adalah salah satu kudapan orang Eropa saat minum teh. Di Indonesia, kue poffertjes diadaptasi menjadi kue cubit yang sedang marak beberapa waktu terakhir.

Bitterballen berbentuk bulat, ukurannya kecil dan rasanya mirip kroket. Adonan ragout berisi daging dilapisi tepung roti dan digoreng. Cocolannya adalah saus moster.

Keukenhof Bistro di kompleks Kota Tua menyajikan kedua jenis kudapan ini.

Sayur babanci

Restoran Historia di kompleks Kota Tua antara lain menyajikan sayur babanci. Meski namanya sayur, tidak ada campuran sayur di dalamnya. Rasa dan warnanya justru mirip gulai. Ketidakjelasan "jenis kelamin" itu membuat makanan ini disebut babanci. Ada juga yang menyebutkan "babanci" berasal dari kata babah dan enci karena makanan ini konon dimasak oleh masyarakat Tionghoa.

Ada 21 bahan yang diperlukan untuk membuat sayur babanci, namun setengahnya sudah sulit ditemukan. Itu yang mengakibatkan sayur babanci jadi langka.

Bahan untuk membuat sayur babanci meliputi cabe merah besar, bawang merah, bawang putih, kemiri, kencur, lengkuas, jahe, sereh, daun jeruk, bunga bintang (star anise), asem, kunyit, terasi, daun salam dan kapulaga sebagai penguat rasa. Tak hanya daging biasa, daging dari kelapa muda juga menjadi pelengkap sayur babanci. Agar lebih nikmat, masukkan juga potongan tomat, daun bawang, pete dan serundeng.


Pewarta : Keukenhof Bistro di kompleks Kota Tua menyajikan k
Editor :
Copyright © ANTARA 2024