Magelang (ANTARA) - Belasan banner bertuliskan ucapan selamat "Hari Raya Tri Suci Waisak 2567 Boddhis Era (BE)/2023" menghiasi Jalan Badrawati, sebelah timur Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Puluhan raja Nusantara dengan mengenakan pakaian kebesaran masing-masing daerah menghadiri "2nd Borobudur World Peace & Prosperity Event" dalam rangkaian Nyingma Monlam Indonesia 2023 di Taman Aksobya kompleks Candi Borobudur.

Kegiatan yang juga dihadiri sejumlah duta besar negara sahabat dan para biksu serta umat Buddha tersebut dihibur dengan penampilan beberapa tarian dari Sanggar Kinara Kinari Borobudur.

Di hadapan para undangan terpajang genta ukuran besar dengan gambar bendera negara-negara di dunia.

Genta perdamaian dunia dengan empat pilar itu melambangkan bahwa perdamaian dunia tidak bisa dicapai jika tidak ada empat hal, yakni perdamaian, cinta kasih, alam semesta, dan persatuan.

Puteri Indonesia 2023 Farhana Nariswari yang menghadiri "2nd Borobudur World Peace & Prosperity Event" merasa bangga dan menganggap suatu kehormatan bisa berada di Candi Borobudur.

Ia mewakili ribuan remaja puteri di Indonesia menggaungkan pesan kesatuan dan persatuan dan menjadi Duta Perdamaian Dunia sesuai visi dan misi Yayasan Putri Indonesia.

Dalam mengikuti kegiatan tersebut dia mengaku teringat akan pengalaman beberapa tahun lalu berangkat ke Italia mengikuti pertukaran pelajar. Selama satu tahun tinggal bersama orang-orang asing dengan begitu banyak perbedaan budaya dan bahasa yang mengajarkannya nilai toleransi dan keberagaman yang masih dipegang teguh sampai sekarang.

Pada malam "2nd Borobudur World Peace & Prosperity Event" tersebut dia mengenakan mahkota Borobudur yang terinspirasi dari stupa dan filosofi-filosofi Candi Borobudur.

"Kami para Puteri Indonesia merasa bangga dapat mengenakan mahkota Borobudur merah, hijau, dan biru yang melambangkan identitas kami sebagai perempuan Indonesia," katanya.

Dia juga terkenang masa-masa karantina Puteri Indonesia 1 bulan lalu di mana seorang perempuan Sunda dari Jawa Barat beragama Islam ini berkenalan dengan para finalis dari Aceh sampai Papua dengan suku, ras, agama, yang berbeda-beda.

Perbedaan itu justru membuat hidupnya begitu hangat, begitu kaya, sesuai semboyan negara Republik Indonesia Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Tinggal bersama warga dari beragam budaya dan latar belakang sosial itu menjadikan diri Farhana lebih terbuka setiap melihat perbedaan.

Ketua Umum Panitia "2nd Borobudur World Peace & Prosperity Event" Ricky Surya Prakarsa menjelaskan kegiatan ini berlanjut pada Waisak Nasional 2023.

Ada tiga misi dalam kegiatan ini, yakni pertama ingin menjadikan Borobudur sebagai pusat budaya Nusantara sehingga bisa dilihat ada 60 perwakilan kerajaan dengan memakai pakaian adat atau pakaian adat kebesaran.

Ada juga tamu-tamu mancanegara, salah satunya Pangeran Bhutan dan beberapa keluarga kerajaan dan juga dihadiri beberapa duta besar, antara lain, Maroko, Laos, dan Jordania.

Misi kedua ingin menjadikan Borobudur sebagai episentrum atau pusat gema perdamaian dunia. Semoga ini menjadi titik nol pertemuan pemimpin-pemimpin dari semua golongan nasional maupun dunia.

Diharapkan tahun depan menjadi titik nol pertemuan ini lagi. Sebagai panutan, juga dari para biksu thudong yang berangkat dari Thailand ke Borobudur sebagai titik nolnya.

"Menjadi suatu panutan yang dilakukan biksu thudong yang sangat jauh berjalan kaki, harus bertemu di sini untuk menggemakan perdamaian dan kesejahteraan dunia," katanya.

Melihat tahun lalu, Borobudur sudah menjadi wisata ibadah Waisak terbesar di dunia. Namun ingin mencapai lebih dari itu, menjadikan Borobudur sebagai pusat wisata ibadah mancanegara terbesar di dunia sehingga memang perlu ada rangkaian festival.

Dalam beberapa hari ini, salah satunya wisata ibadah dari Nyingma Monlam dan beberapa dari Walubi dan puncaknya juga dari Walubi sebagai Panitia Waisak Nasional bersama, yang akan dihadiri umat Buddha dan juga beberapa menteri.

Menurut Ricky, kenapa mengusung perdamaian dunia karena sebenarnya tanpa perdamaian dunia tidak ada kesejahteraan.

Tentunya semua mengharapkan hidup yang bahagia, salah satunya kebahagiaan itu bisa diukur dari material dan imaterial.

Jadi tanpa kesejahteraan tidak ada perdamaian dan sebaliknya tanpa perdamaian juga tidak ada kesejahteraan.

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko dalam pesan secara daring pada "2nd Borobudur World Peace & Prosperity Event" menyampaikan saat ini menghadapi sebuah tantangan besar bukan saja ancaman global namun juga menghadapi tantangan situasi politik.

Oleh karena itu pihaknya berharap sebagai saudara sebangsa dan satu Tanah Air, harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menjaga sikap dan tindakan dalam keseharian agar tercipta suasana yang selalu harmonis.

"Semoga pada hari ini kita bisa selalu menginstrospeksi diri kita masing-masing agar ada sebuah perubahan yang semakin baik dari hari ke hari," katanya.

Selamat Hari Raya Tri Suci Waisak, bersinarlah bersama cahaya Waisak.

Dalam kegiatan "2nd Borobudur World Peace & Prosperity Event" para duta besar dan perwakilan dari kerajaan nusantara didaulat memukul genta perdamaian dan sebagai simbol perdamaian mereka juga melepas burung merpati bersama-sama.

Semoga peringatan Hari Raya Waisak 2567 BE menjadi momentum mewujudkan Indonesia yang semakin damai, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta menghargai perbedaan. 





 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2024