Kuala Lumpur, (AntaraKL) - Sebanyak 90 orang tenaga kerja Indonesia (TKI) perempuan yang tinggal di "shelter" atau tempat penampungan di KBRI Kuala Lumpur diserahi mengelola kantin yang keuntungannya untuk mereka sendiri.
Peresmian kantin "Aku Mau Sukses" tersebut dilakukan oleh Dubes RI di Kuala Lumpur, Rusdi Kirana, Senin, dengan didampingi Wakil Dubes, Andreano Erwin beserta Atase, Koordinator Fungsi dan Darma Wanita di KBRI setempat.
Kantin yang terletak di ruangan pelayanan sisi kiri KBRI Kuala Lumpur tersebut, dibuka untuk melayani para TKI yang datang ke kedutaan untuk mengurus dokumen seperti paspor, Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dan lainnya.
"Alhamdulillah dapat pengalaman yang bisa dibawa pulang ke Indonesia. Kami dapat pembelajaran di sini. Banyak ilmu-ilmu yang kami dapat dari ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan," ujar TKI asal Padang, Rina Azaniarti.
Dia mengatakan selama di shelter dirinya sudah bisa memasak soto ayam, gorengan dan sebagainya.
Ketika ditanya penghasilan yang dia dapat, Rina mengatakan dirinya dan teman-temannya sudah merasakan keuntungan dari berjualan tersebut.
"Alhamdulillah sudah mendapatkan penghasilan. Aturannya 20 persen untuk ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan dan kami mendapatkan 80 persen," ujarnya.
Mendengar cerita Rina tersebut Dubes Rusdi Kirana mengatakan penghasilan tersebut sudah lumayan.
"Kalau sehari dapat 500 ringgit berarti mereka mendapatkan 400 rinngit," ucap Rusdi.
Koordinator Fungsi Konsuler KBRI Kuala Lumpur, Yusron Ambary mengatakan program pelatihan memasak tersebut mulai dilakukan pada awal Maret.
"Kantin tersebut awalnya untuk memfasilitasi kedatangan TKI ke KBRI Kuala Lumpur yang sudah dibuka 24 jam. Awalnya buka mulai jam 22.00 malam namun kemudian sepi. Kemudian diubah dibuka mulai jam 05.00 atau jam 08.00 pagi," tuturnya.
Ketua Dharma Wanita Persatuan, Iesien Rusdi Kirana ketika ditemui mengatakan para TKI dilibatkan dalam mengelola kantin agar mereka mempunyai bekal untuk masa depan.
"Diharapkan kalau sudah bisa sekurang-kurangnya memasak mereka tidak usah kembali lagi ke Malaysia. Sebagian dari mereka memang tidak ingin kembali," katanya.
Iesien mengatakan selama berinteraksi dengan para TKI di shelter mereka sangat senang dilatih memasak bahkan di antara mereka ada yang lebih pintar dibanding dirinya.
"Mereka sebelumnya dilatih Sabtu dan Minggu. Keinginan mereka berwirausaha juga sangat tinggi. Mereka ingin membuka warung setelah pulang," imbuhnya.
Peresmian kantin "Aku Mau Sukses" tersebut dilakukan oleh Dubes RI di Kuala Lumpur, Rusdi Kirana, Senin, dengan didampingi Wakil Dubes, Andreano Erwin beserta Atase, Koordinator Fungsi dan Darma Wanita di KBRI setempat.
Kantin yang terletak di ruangan pelayanan sisi kiri KBRI Kuala Lumpur tersebut, dibuka untuk melayani para TKI yang datang ke kedutaan untuk mengurus dokumen seperti paspor, Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dan lainnya.
"Alhamdulillah dapat pengalaman yang bisa dibawa pulang ke Indonesia. Kami dapat pembelajaran di sini. Banyak ilmu-ilmu yang kami dapat dari ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan," ujar TKI asal Padang, Rina Azaniarti.
Dia mengatakan selama di shelter dirinya sudah bisa memasak soto ayam, gorengan dan sebagainya.
Ketika ditanya penghasilan yang dia dapat, Rina mengatakan dirinya dan teman-temannya sudah merasakan keuntungan dari berjualan tersebut.
"Alhamdulillah sudah mendapatkan penghasilan. Aturannya 20 persen untuk ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan dan kami mendapatkan 80 persen," ujarnya.
Mendengar cerita Rina tersebut Dubes Rusdi Kirana mengatakan penghasilan tersebut sudah lumayan.
"Kalau sehari dapat 500 ringgit berarti mereka mendapatkan 400 rinngit," ucap Rusdi.
Koordinator Fungsi Konsuler KBRI Kuala Lumpur, Yusron Ambary mengatakan program pelatihan memasak tersebut mulai dilakukan pada awal Maret.
"Kantin tersebut awalnya untuk memfasilitasi kedatangan TKI ke KBRI Kuala Lumpur yang sudah dibuka 24 jam. Awalnya buka mulai jam 22.00 malam namun kemudian sepi. Kemudian diubah dibuka mulai jam 05.00 atau jam 08.00 pagi," tuturnya.
Ketua Dharma Wanita Persatuan, Iesien Rusdi Kirana ketika ditemui mengatakan para TKI dilibatkan dalam mengelola kantin agar mereka mempunyai bekal untuk masa depan.
"Diharapkan kalau sudah bisa sekurang-kurangnya memasak mereka tidak usah kembali lagi ke Malaysia. Sebagian dari mereka memang tidak ingin kembali," katanya.
Iesien mengatakan selama berinteraksi dengan para TKI di shelter mereka sangat senang dilatih memasak bahkan di antara mereka ada yang lebih pintar dibanding dirinya.
"Mereka sebelumnya dilatih Sabtu dan Minggu. Keinginan mereka berwirausaha juga sangat tinggi. Mereka ingin membuka warung setelah pulang," imbuhnya.