Miri, Sarawak, (AntaraKL) - Maskapai Wings Air dari Pontianak Provinsi Kalimantan Barat tiba pertama kali di Bandara Udara Miri, Serawak, Malaysia, Kamis sore.
Kedatangan pesawat pertama kali ke Miri disambut dengan semprotan air dari dua Mobil Pemadam Kebakaran di bandara setempat.
Pesawat tersebut berangkat dari Bandara Supadio pukul 15.30 WIB dan tiba di Bandara Miri pukul 18.20 waktu setempat dengan membawa 51 penumpang.
Wakil Menteri Pariwisata Seni dan Budaya Sarawak Malaysia Datuk Lee Kim Shin, Duta Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur Rusdi Kirana, Konjen KJRI Kuching Jahar Gultom, dan sejumlah diplomat KBRI Kuala Lumpur turut menyambut para penumpang.
Di antara penumpang terdapat Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto, Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Rakyat Indonesia Sis Apik Wijayanto, Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Denny Abdi, perwakilan Sarawak Tourism Board dan sejumlah pejabat lainnya.
Sejumlah penumpang kemudian dikalungi kalung khas Sarawak oleh Datuk Lee Kim Shin.
"Dengan akses Pontianak ke Miri penumpang dapat merasakan penerbangan yang efektif sebab hanya memerlukan waktu dua jam dibandingkan dengan rute di darat selama 16 jam. Tidak hanya itu, harga juga cukup murah Rp700 ribu sekali jalan," kata Managing Director Lion Air Group Daniel Putut.
Datuk Lee Kim Shin mengatakan penerbangan perdana Pontianak - Miri menghadirkan tonggak penting dalam kalender wisata dan kerja sama antara Sarawak dan Indonesia.
"Kami sangat senang dengan penerbangan harian Pontianak ke Miri yang mana kami berharap bisa memperkuat hubungan antara Sarawak dan Kalimantan. Ini tidak hanya meningkatkan hubungan pariwisata, tetapi juga bisnis," katanya.
Dubes Rusdi Kirana mengatakan Indonesia dan Malaysia sudah menjadi kodrat untuk bertetangga.
"Tugas kami sebagaimana diamanatkan Presiden Jokowi tidak hanya melindungi, tetapi juga melayani WNI. Kami berusaha melakukan kerja sama bukan saling melihat market, tetapi bisa kolaborasi untuk melihat market ketiga," katanya.
Dia menegaskan tugas pertamanya adalah memberi akses pendidikan bagi dua hingga tiga juta WNI yang ada di Sarawak.
"Ekspor Malaysia ke Indonesia jauh lebih besar. Kami tidak hanya melihat Indonesia sebagai market Malaysia, tetapi melihat pihak ketiga," katanya.
Dia mengatakan sekarang sedang "booming" turis dari China sehingga Malaysia dan Indonesia harus bisa memanfaatkan sebanyak 20 juta wisatawan tersebut.
"Kita akan mengadakan adakan joint cooperation. Jangan diributkan ini budaya siapa. UKM nanti akan naik. Ekspor tidak harus melalui laut, tetapi bisa melalui turis. Pameran UKM tidak hanya untuk dua negara, tetapi juga pihak ketiga," katanya. (Sigit Pinardi)
Kedatangan pesawat pertama kali ke Miri disambut dengan semprotan air dari dua Mobil Pemadam Kebakaran di bandara setempat.
Pesawat tersebut berangkat dari Bandara Supadio pukul 15.30 WIB dan tiba di Bandara Miri pukul 18.20 waktu setempat dengan membawa 51 penumpang.
Wakil Menteri Pariwisata Seni dan Budaya Sarawak Malaysia Datuk Lee Kim Shin, Duta Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur Rusdi Kirana, Konjen KJRI Kuching Jahar Gultom, dan sejumlah diplomat KBRI Kuala Lumpur turut menyambut para penumpang.
Di antara penumpang terdapat Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto, Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Rakyat Indonesia Sis Apik Wijayanto, Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Denny Abdi, perwakilan Sarawak Tourism Board dan sejumlah pejabat lainnya.
Sejumlah penumpang kemudian dikalungi kalung khas Sarawak oleh Datuk Lee Kim Shin.
"Dengan akses Pontianak ke Miri penumpang dapat merasakan penerbangan yang efektif sebab hanya memerlukan waktu dua jam dibandingkan dengan rute di darat selama 16 jam. Tidak hanya itu, harga juga cukup murah Rp700 ribu sekali jalan," kata Managing Director Lion Air Group Daniel Putut.
Datuk Lee Kim Shin mengatakan penerbangan perdana Pontianak - Miri menghadirkan tonggak penting dalam kalender wisata dan kerja sama antara Sarawak dan Indonesia.
"Kami sangat senang dengan penerbangan harian Pontianak ke Miri yang mana kami berharap bisa memperkuat hubungan antara Sarawak dan Kalimantan. Ini tidak hanya meningkatkan hubungan pariwisata, tetapi juga bisnis," katanya.
Dubes Rusdi Kirana mengatakan Indonesia dan Malaysia sudah menjadi kodrat untuk bertetangga.
"Tugas kami sebagaimana diamanatkan Presiden Jokowi tidak hanya melindungi, tetapi juga melayani WNI. Kami berusaha melakukan kerja sama bukan saling melihat market, tetapi bisa kolaborasi untuk melihat market ketiga," katanya.
Dia menegaskan tugas pertamanya adalah memberi akses pendidikan bagi dua hingga tiga juta WNI yang ada di Sarawak.
"Ekspor Malaysia ke Indonesia jauh lebih besar. Kami tidak hanya melihat Indonesia sebagai market Malaysia, tetapi melihat pihak ketiga," katanya.
Dia mengatakan sekarang sedang "booming" turis dari China sehingga Malaysia dan Indonesia harus bisa memanfaatkan sebanyak 20 juta wisatawan tersebut.
"Kita akan mengadakan adakan joint cooperation. Jangan diributkan ini budaya siapa. UKM nanti akan naik. Ekspor tidak harus melalui laut, tetapi bisa melalui turis. Pameran UKM tidak hanya untuk dua negara, tetapi juga pihak ketiga," katanya. (Sigit Pinardi)