Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Indonesia selesai dibangun di tengah konflik yang banyak memakan korban etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
"Bukan hal mudah membangun di wilayah perang atau konflik. Namun, medis dan kesehatan adalah hal yang penting dalam kehidupan terlebih dalam situasi perang atau konflik," kata Site Manager RS Indonesia Nur Ikhwan Abadi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia mengharapkan RS Indonesia sebagai sarana kesehatan dapat menjadi simbol perdamaian dan persahabatan masyarakat setempat dan juga dua negara, Indonesia-Myanmar.
Pendiri dan Pembina Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Joserizal Jurnalis mengatakan pembangunan RS Indonesia di Rakhine State merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan.
Seperti halnya di Rakhine State, dia mengatakan sampai saat ini persoalan Rohingya masih menjadi isu utama di kawasan dan dunia. MER-C telah memberikan bantuan dengan mengirimkan tim medis sejak September 2012. Tim MER-C menjadi LSM pertama dari Indonesia yang dapat melakukan pelayanan kesehatan di kedua belah pihak, baik Muslim maupun Buddha.
Tercatat dalam tujuh tahun pada 2012-2019, MER-C telah mengirimkan 14 tim medis dan konstruksi ke Myanmar dengan total jumlah relawan 40 orang yang terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, perawat, insinyur, tim ahli alat kesehatan, dan tenaga teknis
Dia mengatakan pembangunan RS Indonesia itu sempat tersendat-sendat karena kendala cuaca ekstrem, sulitnya SDM pekerja, material, kontraktor lokal yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dan adanya konflik yang masih terjadi.
"Bahkan pada bulan Juni 2019, konflik terjadi sangat dekat dengan lokasi pembangunan RS Indonesia antara Tentara Myanmar (Tatmadaw) dan Arakan Army (AA) terjadi dekat dengan lokasi pembangunan. Rentetan suara tembakan terdengar jelas, seketika pekerjaan terhenti dan para pekerja berlari berlindung menyelamatkan diri," katanya.
Konflik yang terus terjadi, kata dia, membuat pihaknya sulit mencari pekerja yang berani datang ke lokasi pembangunan. Pembangunan terhenti karena kontraktor tidak dapat mendatangkan pekerja.
Dia mengatakan pembangunan RS Indonesia akhirnya selesai pada November 2019. Selanjutnya pengadaan alat kesehatan akan dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI). RS Indonesia akan diserahterimakan secara resmi setelah seluruh peralatan kesehatan lengkap dan RS Indonesia bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat korban konflik di wilayah itu.
"Dengan berdirinya RS Indonesia, kami berharap masyarakat Buddha dan Muslim dapat hidup rukun damai dan sama-sama mendapat akses pelayanan kesehatan yang lebih baik," katanya.
Joserizal juga mengatakan bagi masyarakat yang ingin menyalurkan donasi bagi misi kemanusiaan MER-C dapat melalui rekening Bank Syariah Mandiri (BSM) 700.1306.833, Bank Central Asia (BCA) 686.028.0009, dan Bank Mandiri 124.000.8111.982 atas nama Medical Emergency Rescue Committee.
"Bukan hal mudah membangun di wilayah perang atau konflik. Namun, medis dan kesehatan adalah hal yang penting dalam kehidupan terlebih dalam situasi perang atau konflik," kata Site Manager RS Indonesia Nur Ikhwan Abadi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia mengharapkan RS Indonesia sebagai sarana kesehatan dapat menjadi simbol perdamaian dan persahabatan masyarakat setempat dan juga dua negara, Indonesia-Myanmar.
Pendiri dan Pembina Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Joserizal Jurnalis mengatakan pembangunan RS Indonesia di Rakhine State merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan.
Seperti halnya di Rakhine State, dia mengatakan sampai saat ini persoalan Rohingya masih menjadi isu utama di kawasan dan dunia. MER-C telah memberikan bantuan dengan mengirimkan tim medis sejak September 2012. Tim MER-C menjadi LSM pertama dari Indonesia yang dapat melakukan pelayanan kesehatan di kedua belah pihak, baik Muslim maupun Buddha.
Tercatat dalam tujuh tahun pada 2012-2019, MER-C telah mengirimkan 14 tim medis dan konstruksi ke Myanmar dengan total jumlah relawan 40 orang yang terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, perawat, insinyur, tim ahli alat kesehatan, dan tenaga teknis
Dia mengatakan pembangunan RS Indonesia itu sempat tersendat-sendat karena kendala cuaca ekstrem, sulitnya SDM pekerja, material, kontraktor lokal yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dan adanya konflik yang masih terjadi.
"Bahkan pada bulan Juni 2019, konflik terjadi sangat dekat dengan lokasi pembangunan RS Indonesia antara Tentara Myanmar (Tatmadaw) dan Arakan Army (AA) terjadi dekat dengan lokasi pembangunan. Rentetan suara tembakan terdengar jelas, seketika pekerjaan terhenti dan para pekerja berlari berlindung menyelamatkan diri," katanya.
Konflik yang terus terjadi, kata dia, membuat pihaknya sulit mencari pekerja yang berani datang ke lokasi pembangunan. Pembangunan terhenti karena kontraktor tidak dapat mendatangkan pekerja.
Dia mengatakan pembangunan RS Indonesia akhirnya selesai pada November 2019. Selanjutnya pengadaan alat kesehatan akan dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI). RS Indonesia akan diserahterimakan secara resmi setelah seluruh peralatan kesehatan lengkap dan RS Indonesia bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat korban konflik di wilayah itu.
"Dengan berdirinya RS Indonesia, kami berharap masyarakat Buddha dan Muslim dapat hidup rukun damai dan sama-sama mendapat akses pelayanan kesehatan yang lebih baik," katanya.
Joserizal juga mengatakan bagi masyarakat yang ingin menyalurkan donasi bagi misi kemanusiaan MER-C dapat melalui rekening Bank Syariah Mandiri (BSM) 700.1306.833, Bank Central Asia (BCA) 686.028.0009, dan Bank Mandiri 124.000.8111.982 atas nama Medical Emergency Rescue Committee.