"Saya melihat pertunjukan yang dipentaskan seniman tidak sepenuhnya dipentaskan mereka sendiri, alih-alih keseluruhan elemen dan unsur yang ada di Benteng Rotterdam ini ikut memberi jejak ke pertunjukan itu. Saya melihat dengan kondisi seperti ini adalah sebuah proses organik, dimana masyarakat yang menyaksikan bisa tersedot ke pementasan," ujarnya.
Fasilitator Temu Seni, Marintan Sirait menjelaskan pada intinya pementasan seni performans dihadirkan oleh tubuh, serta perpanjangan dari tubuh dan media. Di dalam performans ini ada jejak-jejak yang hadir, misalnya dalam bentuk grafis angka dan teks seperti ada tulisan berbunyi 'berteriak' atau 'berlari'.
Dari 18 pementasan itu, antara lain dipersembahkan seniman muda Theo Nugraha dengan komposisinya berjudul Hiruk Pikuk berdurasi delapan jam. Kemudian, pementasan dari Laila Putri Wartawati bertajuk Berkelindan. Fajar Susanto (Fj Kunting) dengan 1 Anak 2 Pohon (Ringin Gendong) berdurasi empat jam.
Selanjutnya oleh Prashasti dan Kifu dengan The Way of Eating berdurasi 30 menit. Rizal Sofyan dengan karya berjudul Kurir Doa. Ridwan Rau Rau dengan karya berjudul Terauterial. Lalu ada dua penampilan tanpa judul dari seniman Arsita Iswardhani dan Sasqia Ardelianca.
Kegiatan Temu Seni tersebut merupakan salah satu rangkaian dari Festival Mega Even Indonesia Bertutur 2022 yang menjadi bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture) akan dilaksanakan di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada September 2022.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Seniman muda pentaskan 18 karya performans di Benteng Rotterdam