Majikan Taiwan anggap TKW keluarga sendiri

id Majikan Taiwan anggap TKW keluarga sendiri

Majikan Taiwan anggap TKW keluarga sendiri

Kepala Global Workers' Organization (GWO) Karen Hsu dan Direktur Pemberitaan ANTARA Aat Surya Safaat berfoto bersama usai penandatanganan kerjasama pemberitaan GWO - ANTARA di Taipei Taiwan, Sabtu (16/4). (istimewa)

Taipei, Taiwan (AntaraKL) - Hampir semua pengguna jasa buruh migran di Taiwan menganggap pekerja Indonesia, terutama di sektor domestik, bagian dari keluarga mereka sendiri, kata Pemimpin Organisasi Pekerja Dunia (GWO), Karen Hsu, di Taipei, Taiwan Sabtu.

"Para majikan yang mempekerjakan buruh migran Infonesia (BMI) senang kepada mereka karena mereka tidak macam-macam, tidak melakukan unjuk rasa dan bekerja dengan baik," kata Karen.

Menurut Karen yang juga pernah memiliki tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia itu, mereka (TKW) bekerja lebih baik di Taiwan dalam mengurus rumah tangga dari pada bekerja di rumah mereka sendiri.

"Saya saja tidak dapat mengurus pekerjaan rumah tangga saya sendiri tapi mereka (TKW Indonesia) dapat melakukannya secara profesional," kata pemimpin GWO yang memiliki kepedulian dengan para pekerja migran seluruh dunia di Taiwan.

Karen mengakui pentingnya kehadiran pekerja rumah tangga terutama dari Indonesia di rumahnya karena selain rajin, mereka juga setia kepada majikan.

"Saya merasa kehilangan saat pengatur rumah tangga saya pulang ke Indonesia untuk menikah," kata Karen setelah menandatangani perjanjian kerjasama media dengan Perum LKBN Antara tentang penyebarluasan berita mengenai buruh migran.

Karen merasa kehilangan pengurus rumah tangga Indonesia di rumahnya karena keluarganya telah merasa dekat dan cocok sehingga dia akan mencari lagi orang dari Indonesia untuk membantunya.

"Anak saya cocok sekali dengan orang Indonesia. Bahkan anak perempuan saya yang sudah berusia 24 tahun selalu bersama-sama dengannya baik saat di rumah maupun pergi berbelanja ke pusat perbelanjaan karena sudah seperti anggota keluarga sendiri," kata Karen.

Karen menjelaskan, GWO telah memberi pelatihan dan keterampilan kepada pekerja migran termasuk mereka yang berasal dari Indonesia di berbagai bidang termasuk pelatihan penulisan berita dan penyiaran.

Dalam waktu dekat, GWO juga akan menyelenggarakan lomba karya sastra dan penyiaran bagi tenaga kerja Indonesia tentang kegiatan mereka dan kehidupan mereka sendiri di Taiwan serta menyediakan hadiah utama sebesar 100.000 dolar Taiwan.

Menurut informasi dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KADEI), pekerja migran Indonesia di Taiwan sebanyak 238.000 yang bekerja di berbagai bidang termasuk sektor domestik.

Bekerja sama dengan KDEI, GWO juga memberi bimbingan mental secara rutin dengan mendatangkan dai-dai dari tanah air dalam upaya menghadapi perbedaan budaya di pulau Formosa tersebut.

Sebelumnya, Kepala Bidang Tenaga Kerja, KDEI, Devriel Sogia, mengatakan, KADEI di Taiwan secara rutin, hampir dua minggu sekali, mendatangkan dai dari Indonesia termasuk ustad Mansur dan Aa Gym (Abdullah Gymnastiar).

Beberapa waktu lalu ada informasi bahwa pemerintah akan melakukan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI ke luar negeri.

Mendengar informasi tersebut, orang-orang Taiwan merasa khawatir karena mereka sangat memerlukan TKI.

Ketika ternyata moratorium tidak berlaku bagi TKI ke Taiwan, pihak Taiwan merasa tenang dan senang serta berterima kasih kepada Indonesia.

COPYRIGHT © ANTARA 2016