Kuala Lumpur, (AntaraKL) - Pertunjukan budaya jaran Kepang dan wayang kulit yang digelar di lapangan Taman Tasik Titiwangsa, Kuala Lumpur, memukau sekitar seribu warga negara Indonesia di Malaysia.
Warga negara Indonesia (WNI) yang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa tersebut mulai membanjiri taman sejak sore hari, meski acara yang digelar pada Minggu (11/5) dalam rangka peringatan Hari Buruh itu belum dimulai.
Jaran kepang merupakan kesenian asli Jawa yang sering ditampilkan di luar negeri, seperti di Suriname, Malaysia, dan Singapura. Jaran kepang dikenal juga dengan jaranan, jathilan, dan kuda lumping.
Saat menampilkan tarian ini, para penari akan menaiki kuda yang dibuat dari anyaman bambu dan warna-warni yang cerah. Sebagai seni yang mengandung unsur mistis, jaran kepang diiringi dengan aroma ritual, seperti pembakaran kemenyan.
Antusias warga tampak ketika tim kesenian Jaran Kepang dari Puchong, Selangor memulai persembahannya. Penonton yang tadinya duduk teratur di kursi yang disediakan, merangsek maju mendekati panggung agar bisa menyaksikan aksi para pemain lebih dekat.
"Jauh-jauh datang, sayang kalau nggak kelihatan. Jarang-jarang ada hiburan seperti ini," kata seorang ibu yang ikut merangsek hingga depan pentas bersama anaknya.
"Anak saya penasaran ingin lihat jaran kepang makan beling," katanya lagi.
Petugas keamanan terpaksa meminta penonton untuk tidak berada terlalu dekat dengan pentas dengan alasan keamanan.
"Mundur, mundur. Bahaya ini," kata seorang petugas keamanan. Dalam setiap pertunjukan Jaran Kepang, beberapa pemain akan menari dalam kondisi kerasukan.
Selain Jaran Kepang, acara yang digelar oleh Paguyuban Solidaritas Masyarakat Jawa (Pasomaja) itu juga menampilkan pertunjukan wayang kulit oleh tim kesenian Adi Budaya Indonesia dari Jawa Timur dengan lakon "Sang Bharata Sena".
Hadir dalam acara tersebut Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Herman Prayitno, penasehat sosio-budaya Malaysia setingkat menteri Tan Sri Dr Rais Yatim, ketua Yayasan Ikatan Rakyat Malaysia Indonesia (YIRMI) Datuk Abdul Aziz Sahar dan sejumlah perwakilan partai politik.
Duta Besar Herman dalam sambutannya mengatakan sangat mendukung kegiatan pagelaran seni dan budaya seperti ini guna merapatkan hubungan antara masyarakat kedua negara.
"Kegiatan ini sangat bagus untuk lebih mempererat hubungan antar-masyarakat," ungkapnya.
Selanjutnya dalam sambutannya Tan Sri Rais Yatim menyapa penonton dengan perkataan dalam bahasa Jawa dan dilanjutkan dengan sebuah pantun.
"Suwe Ora Jamu, Jamu godong adas. Suwe ora ketemu, ketemu pisan seger waras," ucap Rais Yatim yang disambut tepukan meriah ratusan penonton yang tetap setia hingga malam hari.
Sebagai tanda pertunjukan dimulai, Tan Sri Rais Yatim secara simbolis menyerahkan wayang kulit yang akan dimainkan oleh ki dalang.
Pagelaran wayang kulit tersebut menampilkan sejumlah tarian nusantara yang merupakan kolaborasi tim kesenian yang ada di Indonesia dan di Malaysia. Beberapa tarian dimaksud diantaranya Remo Putri, Jejer Banyuwangi, tarling Cirebon, Tari Cakil, serta jaipong Sunda. (Sri Haryati)