Industri manufaktur RI terus mengalami tren positif terutama pada masa pemulihan selepas terdampak pandemi COVID-19.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, terdapat tujuh sektor yang menjadi prioritas pengembangan dalam kesiapan memasuki era industri 4.0 yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, kimia, alat kesehatan, serta farmasi.
Sektor industri pengolahan nonmigas saat ini menjadi yang paling banyak berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 16,10 persen, sementara pertumbuhan sektor itu pada triwulan III-2022 mencapai 4,83 persen secara year-on-year (yoy).
Sayangnya, meski sejumlah sektor industri mencatatkan kinerja pertumbuhan yang gemilang pada triwulan III-2022, beberapa subsektor industri juga terindikasi menurun sejalan dengan melemahnya perekonomian global.
Sejumlah sektor industri yang tumbuh positif antara lain industri logam dasar; industri mesin dan perlengkapan; industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik hingga industri alat angkutan.
Sedangkan sejumlah subsektor industri yang terindikasi terdampak melemahnya perekonomian global yaitu industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, industri barang galian bukan logam, serta industri furnitur.
Indonesia dipercaya
Di sisi lain, meski di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, pelaku industri manufaktur nasional maupun global ternyata masih menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap Indonesia. Hal itu ditunjukkan dari realisasi penanaman modal sektor industri manufaktur yang mencapai Rp365,2 triliun sepanjang Januari-September 2022.
Capaian tersebut meningkat 54 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp236,8 triliun.
Merujuk data Kementerian Investasi/BKPM, pada Januari-September 2022, sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 40,9 persen terhadap total investasi yang mencapai Rp892,4 triliun.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ignatius Warsito menjelaskan sejumlah subsektor manufaktur diakuinya masih tetap tumbuh meski ada pula yang melambat karena penurunan pesanan dari Eropa.
Industri manufaktur RI bergeliat di tengah ketidakpastian global
Kalau perlambatan itu karena ada penurunan dari order-nya Eropa. Akan tetapi kami masih optimistis