Jakarta (ANTARA) - Pemerintah optimistis industri manufaktur Indonesia masih akan bergeliat di tengah ancaman resesi dan ketidakpastian global pada tahun 2023.
Asisten Deputi Strategi dan Kebijakan Percepatan Investasi Kemenko Kemaritiman dan Investasi Ferry Akbar Pasaribu menegaskan pemerintah tidak gentar dengan prognosis global lantaran peluang untuk pengembangan industri manufaktur nasional masih terbuka lebar.
“Terkait manufaktur, mau tidak mau kita harus cerdas. Kita harus tahu potensi resesi tetapi tidak boleh takut. Kita harus lebih cermat memperhatikan subsektor manufaktur mana saja yang punya potensi tinggi,” katanya.
Setidaknya ada dua bidang industri di sektor manufaktur yang potensi cemerlang ke depan, yakni semikonduktor dan kesehatan.
Industri semikonduktor dinilai krusial karena jadi komponen di hampir semua barang mulai dari telepon genggam, laptop, perabotan rumah tangga, hingga mobil.
Industri chip (semikonduktor) itu tidak banyak pemainnya, terbatas negara yang memproduksinya, seperti Taiwan. China juga memproduksi tetapi tidak terlalu sukses, sedangkan Korea dan Jepang memang membuat tetapi sedikit.
Dari catatan tersebut, Indonesia bisa meraup potensi tersebut karena punya suplai lokasi yang besar serta dukungan kelistrikan yang sudah jauh lebih baik.
Industri chip ini memang tidak mudah, karena mahal sekali, kualifikasi pekerjanya juga khusus dan infrastruktur tidak bisa main-main, karena listrik harus 24 jam hidup terus.
Sementara itu, industri kesehatan dinilai tidak akan pernah mati dan selalu punya pasar. Paling tidak dua itu yang besar dan tidak ada matinya dan Indonesia bisa memanfaatkan.
Industri manufaktur RI bergeliat di tengah ketidakpastian global
Kalau perlambatan itu karena ada penurunan dari order-nya Eropa. Akan tetapi kami masih optimistis