Dan pada tahun 2022, di antara murid SIJB ada yang bisa melanjutkan pendidikan ke SMK Negeri 2 Subang, SMA Negeri 2 Blitar, SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta, SMA Negeri 2 Blitar, SMK Ibnu Sina Batam, MA Manbaul Ulum Cirebon, dan SMK Andalusia Wonosobo.
Bagi guru-guru di SIJB, suatu kebanggaan jika mengetahui anak-anak didik mereka dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kebanggaan itu semakin memuncak manakala anak-anak didik mereka aktif dan berprestasi.
Namun, menurut Rizali, saat ini masih ada pekerjaan rumah yang belum tuntas. Masih ada tujuh anak, yakni dua lulusan 2021 dan lima lulusan tahun 2022 yang belum mendapat kesempatan melanjutkan ke jenjang SMA.
SIJB sangat berharap ada pihak di Indonesia yang dapat menampung anak-anak didik mereka tersebut sehingga dapat melanjutkan pendidikannya.
Berprestasi dari kesempatan
Awal Desember 2022, Awalia binti Rasidi (14), siswa di SIJB, mendapat kesempatan bertanding pencak silat di Karnival Pencak Silat Beradat Antarbangsa memperebutkan Piala Datuk Bandar Pasir Gudang 2022.
Itu merupakan pengalaman pertamanya bertanding pencak silat. Meski kalah, tidak tampak kekecewaan sedikit pun di wajah siswa kelas 6 SD tersebut, sebaliknya ia tetap ceria dan bersemangat.
Tidak ada niat untuk mundur. Jika ada kesempatan lainnya, Awalia yang akrab disapa Lia, mengaku akan kembali bertanding.
Baca juga: MAN 2 Makassar peragakan "soccer robot" IoT ke murid sekolah Indonesia di Johor
Kesempatan itu yang, menurut Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Khusus Johor, Asroji, ingin terus diberikan bersama dengan SIJB, untuk anak-anak didik mereka.
Tujuan utama mengikutsertakan anak-anak mereka dalam ajang-ajang pencak silat tentu untuk meraih prestasi, kata Asroji, sekaligus mengajak mereka mengembangkan seni budaya asli warisan leluhur bangsa Indonesia. Dari sana misi diplomasi budaya ikut dijalankan.
PSHT memang membuka ranting di KJRI Johor Bahru, yang secara rutin melatih anak-anak di sekolah Indonesia itu setiap minggunya. Organisasi pencak silat asal Jawa Timur yang sudah memasuki usia 100 tahun itu memiliki beberapa cabang khusus di Malaysia.
Sementara Farhan, siswa kelas 6 SD SIJB, mengaku cukup sering mendapat kesempatan untuk mengikuti lomba, mulai dari pidato hingga baca puisi.
Belum lama ini anak tunggal dari pasangan WNI asal Jawa Tengah itu mengatakan juga mengikuti lomba permainan tradisional di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dan menjadi juara 3 untuk permainan batok kelapa.
Farhan yang bercita-cita menjadi ilmuwan yang dapat menemukan alat pertempuran yang tidak berbahaya, mengatakan juga mengikuti lomba bercerita pahlawan yang diselenggarakan RRI Batam.
“Bercerita tentang Pangeran Diponegoro. Kemudian disuruh membaca tentang (perjuangan) Bung Karno. Di sana enggak menang sih tapi enggak apa-apa, yang penting sudah coba,” kata Farhan yang mengidolakan penemu Teori Relativitas dan Mekanika Kuantum Albert Einstein.
Seperti kata Einstein,”Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda”.
Namun dengan bersama-sama mengupayakan berbagai kesempatan dan ilmu bagi anak-anak pekerja Indonesia di Malaysia, harapannya kutukan anak TKI harus menjadi TKI tidak lagi terjadi.
Itulah ikhtiar mulia berbagai pihak dalam merawat cita-cita anak-anak pekerja migran Indonesia agar mereka kelak bisa mewujudkan impiannya.
* Artikel ini sambungan dari artikel Anak TKI tidak lagi harus jadi TKI
Editor: Achmad Zaenal M