Jakarta (ANTARA) - Organisasi non-profit Climate Reality Indonesia (CRI) merekam dampak krisis iklim menjadi film tentang komunitas masyarakat pesisir yang terdampak rob selama beberapa tahun terakhir di Kelurahan Degayu, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Direktur CRI Amanda Katili mengatakan film berjudul "Degayu: Againts The Shore" diluncurkan di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Minggu (30/7).
"Kegiatan itu menjadi media berjejaring untuk membangun aksi kolaborasi yang menghasilkan solusi," kata dia di Jakarta, Senin.
Peluncuran film tersebut dilanjutkan angan kegiatan bedah film dan diskusi bersama sutradara dan penulis naskah Ahsania A.R. Aghnetta yang juga Koordinator Muda ClimArt.
Dia didampingi Arifah Handayani selaku produser eksekutif sekaligus manajer aksi komunitas dari CRI.
Diskusi juga dihadiri oleh Arif Ganda Purnama, seorang spesialis pemerintahan dari Mercy Corps Indonesia dan Yani Saloh, seorang aktivis lingkungan sekaligus pemerhati seni yang juga anggota tim strategi dari CRI.
Pihaknya membuka ruang diskusi bagi aktivis, sineas, dan para pelaku industri kreatif tentang cara terbaik berkontribusi untuk membantu mencarikan solusi bagi komunitas pesisir yang terdampak secara multi sektor.
Diskusi menggarisbawahi peran para sineas yang sejatinya lebih mampu menyuarakan kisah-kisah yang jarang terdengar dari krisis iklim kepada dunia.
Koordinator Muda ClimArt Ahsania Aghnetta mengatakan fokus film Degayu tentang rob yang saat ini tengah mengancam wilayah pesisir jalur pantai utara Jawa Tengah. Rob itu diprediksi sejumlah ahli berpotensi menenggelamkan sejumlah wilayah di Pekalongan.
Kondisi yang dihadapi Kelurahan Degayu, sebelumnya juga telah terjadi di Dusun Simonet, Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Produksi film bermitra dengan Mercy Corps Indonesia, Adaptation Fund, Kemitraan Partnership, dan Kelurahan Degayu.
Film Degayu untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak rob sebagai salah satu konsekuensi dari krisis iklim serta menunjukkan upaya dan solusi yang diperjuangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Menurut dia, pembahasan krisis iklim yang sering dibawakan pada forum akademisi dan pemerintahan cenderung saintifik, serius, dan formal, sedangkan sekarang dapat dilihat dan diperhatikan para penggiat seni.
"Kami berharap film itu dapat menjadi jembatan untuk lebih banyak orang bisa bergabung dan ikut mengambil peran dalam menyuarakan kegelisahan atas krisis iklim melalui hal yang mereka minati," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: CRI ungkap dampak nyata krisis iklim melalui film