Menikmati tidur di atas hangatnya "balobeh" Nagari Adat Sijunjung

id nagari adat sijunjung,perkampungan adat sijunjung,balobeh

Menikmati tidur di atas hangatnya "balobeh" Nagari Adat Sijunjung

"Balobeh", anjungan penyimpan padi di dalam Rumah Gadang Nagari Sijunjung. Wisatawan bisa menikmati sensasi istirahat bahkan tidur di atas "balobeh" ini. (ANTARA/Miko Elfisha)



Untuk bisa menginap di rumah inap itu Rumah Gadang, wisatawan harus merogoh kocek Rp300 ribu per malam untuk 5 orang. Harga itu flat untuk wisatawan yang menginap kurang dari 5 orang.

Jika jumlahnya lebih dari lima orang, maka dikenai tambahan biaya Rp50 ribu per orang.

Harga itu khusus untuk menginap dan teh atau kopi pagi. Untuk sarapan dikenai tambahan Rp15 ribu per orang dan untuk makan Rp25 ribu per orang.

Untuk menginap di Rumah Gadang, ada beberapa hal yang wajib dipatuhi, di antaranya wisatawan yang bukan keluarga (suami, istri, dan anak), tempat menginap untuk laki-laki dan perempuan akan dipisah.

Selain itu, menurut Ninik Mamak Nagari Sijunjung, Irham Tobo Khatib Rajo, jika ingin mengikuti acara adat, wisatawan laki-laki wajib menggunakan peci dan perempuan menggunakan kain samping. Peci dan kain itu disediakan oleh penghuni Rumah Gadang.

Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga Sijunjung Desmawati menjamin pengalaman tak terlupakan akan didapat wisatawan jika menyempatkan menginap di Rumah Gadang.

Di sana, wisatawan benar-benar diajak untuk merasakan dan bergaul dalam keseharian masyarakat Minangkabau. Mengenal dan mengecap kuliner tradisional.

Jika datang saat musim panen padi, maka wisatawan bisa menikmati suasananya panen di sawah, sekaligus menikmati kuliner khas, seperti rendang belalang.

Rendang belalang memang bukan kuliner yang bisa ditemui setiap hari di Nagari Sijunjung. Rasanya khas, seperti jagung bakar. Sebagian menyebut rasanya mirip ayam bakar.

Bagi yang tidak mau mencoba, masih ada kuliner khas lain yang bisa dinikmati. Khas masakan kampung.

 
Rumah Gadang Nagari Adat Sijunjung. (ANTARA/Miko Elfisha)




Objek wisata itu juga memiliki penganan yang biasanya dikemas sebagai oleh-oleh, salah satunya gelamai. Membuat gelamai untuk oleh-oleh menjadi pendapatan sampingan bagi masyarakat, sekaligus untuk memperkuat branding objek wisata.

Jika ingin tahu bagaimana proses membuat gelamai, wisatawan juga bisa ikut merasakan sensasi membuatnya bersama masyarakat setempat, juga mencicipi rasanya yang manis.

Gelamai mirip dengan dodol. Warnanya coklat pekat dengan tekstur yang lembut dan sedikit berminyak.

Aktivitas menenun juga menjadi atraksi yang menarik untuk dinikmati. Selain itu, juga bisa dicoba atau sekadar digunakan sebagai properti untuk mempercantik foto.

Sementara pada malam hari, wisatawan juga bisa memilih untuk mengikuti kegiatan belajar silat bersama masyarakat setempat. Ada pakaian khusus yang disediakan bagi wisatawan yang ingin ikut mencicipi belajar ilmu beladiri dari Ranah Minang itu.

Juara I ADWI 

Potensi wisata yang disimpan Nagari adat Sijunjung membuatnya masuk dalam nominasi 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023 dan berhasil menjadi juara I kategori Desa Wisata Berkembang.

Nagari Adat Sijunjung berhasil mengalahkan juara dua Kandis Purbayan (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan juara tiga Kwau (Manokwari, Papua Barat).

Setelah berhasil menggaungkan nama di tingkat nasional, Nagari Adat Sijunjung tidak berhenti untuk berinovasi, bersolek guna menarik minat wisatawan untuk datang.

Rencananya ke depan, penggunaan kendaraan bermotor dibatasi di dalam kawasan perkampungan, diganti dengan transportasi tradisional, seperti andong atau pedati.

Jalan-jalan di nagari adat itu juga akan disesuaikan, dengan mengedepankan ciri tradisionalnya.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menikmati tidur di atas hangatnya "balobeh" Nagari Adat Sijunjung