Thailand tidak ingin ditekan dalam pertemuan menlu ASEAN soal Kamboja

id Thailand,Kamboja,sengketa perbatasan,ASEAN

Thailand tidak ingin ditekan dalam pertemuan menlu ASEAN soal Kamboja

Arsip foto - Kendaraan militer di parkir di dekat perbatasan Thailand-Kamboja di provinsi Surin, Thailand pada 3 November 2025.Selama KTT APEC di Malaysia, para pemimpin Thailand dan Kamboja menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang ditingkatkan di hadapan Presiden AS Donald Trump, yang turun tangan pada bulan Juli untuk mengakhiri konflik perbatasan lima hari yang mematikan tersebut. ANTARA/Valeria Mongelli/Anadolu/pri.

Istanbul (ANTARA) - Thailand menyatakan bahwa Bangkok tidak ingin "ditekan atau dirugikan" selama Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN pada Senin (22/12), yang akan membahas konflik perbatasan yang sedang berlangsung antara Thailand dan Kamboja.

Wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Maratee Nalita Andamo, Sabtu (20/12), mengatakan Menteri Luar Negeri Sihasak Phuangketkeow akan memimpin delegasi ke Malaysia untuk diskusi tersebut, menurut situs berita lokal The Nation.

"Sikap Thailand tetap jelas: negara ini menginginkan perdamaian dan tidak menimbulkan ancaman atau melanggar kedaulatan negara lain. Thailand secara konsisten menyatakan keinginannya untuk perdamaian abadi, dan Kamboja harus menunjukkan ketulusan dalam hal ini," katanya.

Tentara Thailand juga mengutuk Kamboja atas "penggunaan kekerasan terhadap sasaran sipil," meluncurkan roket BM-21 yang menghantam rumah-rumah dan Rumah Sakit Phanom Dong Rak.

Sementara itu, Kamboja mengatakan Thailand membombardir wilayah Kamboja dengan F-16, menurut Khmer Times.

Jet-jet Thailand juga menghancurkan Jembatan O' Jik, yang terletak di sepanjang perbatasan antara provinsi Siem Reap dan Oddar Meanchey, pada Jumat malam (19/12), menurut laporan tersebut.

Laporan itu juga mengatakan bahwa pada Sabtu (20/12), daerah sipil, termasuk bangunan komersial swasta dan sebuah sekolah dasar di distrik Thmor Da, provinsi Pursat, juga menjadi sasaran.

Utusan Khusus China untuk Urusan Asia, Deng Xijin, juga telah mengunjungi Phnom Penh untuk membahas upaya de-eskalasi dan mengakhiri konflik yang sedang berlangsung, kata pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Kamboja pada Sabtu (20/12).

Selama kunjungannya, Deng bertemu dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, di antara pejabat tinggi lainnya pada Jumat (19/12).

"Selama pertemuan ini, kedua pihak menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata segera dan menekankan bahwa dialog damai tetap menjadi satu-satunya jalan yang layak untuk menyelesaikan perbedaan," kata pernyataan itu.

Deng menegaskan kembali bahwa China akan terus memainkan "peran konstruktif dalam memfasilitasi dialog antara Kamboja dan Thailand dengan tujuan untuk mempromosikan penyelesaian sengketa secara damai," menurut pernyataan tersebut.

Menurut otoritas Thailand, selama bentrokan yang sedang berlangsung, 21 tentara Thailand dan satu warga sipil tewas, sementara Kementerian Dalam Negeri Kamboja mengatakan 18 warga sipil Kamboja telah tewas dan 78 lainnya terluka.

Thailand juga mengatakan bahwa 33 warga sipil tewas sebagai "dampak sampingan dari situasi tersebut," artinya mereka tewas secara tidak langsung akibat situasi tersebut.

Bentrokan terus berlanjut meski Presiden AS Donald Trump mengatakan pekan lalu bahwa para pemimpin kedua negara telah sepakat untuk menghentikan pertempuran.

Kedua negara menandatangani perjanjian perdamaian pada Oktober di Kuala Lumpur di hadapan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, tetapi perjanjian itu kemudian ditangguhkan setelah tentara Thailand terluka parah akibat ledakan ranjau darat di provinsi perbatasan.

Thailand dan Kamboja memiliki sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama dan berulang kali memicu kekerasan, termasuk bentrokan pada Juli yang menewaskan sedikitnya 48 orang.

Sumber: Anadolu


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Thailand tidak ingin ditekan dalam pertemuan ASEAN soal Kamboja

Pewarta :
Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
COPYRIGHT © ANTARA 2025


Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.