Kuala Lumpur (ANTARA) - KBRI Kuala Lumpur untuk yang pertama kalinya berpartisipasi pada pameran produk militer skala internasional Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition (LIMA) 2019 yang berlangsung mulai 26 – 30 Maret 2019 bertempat di Mahsuri International Exhibition Centre (MIEC), Langkawi Resort World, Pulau Langkawi.
"LIMA merupakan pameran tematik dua tahunan untuk produk militer dengan kekhususan sektor maritim dan udara.Diawali pada LIMA telah memasuki penyelenggaraan ke-15 dan terakhir 2017," ujar Atase Perdagangan KBRI Kuala Lumpur, Rifah Ariny dari Langkawi, Rabu.
Pada tahun ini LIMA diikuti lebih dari 500 peserta lokal dan internasional diantaranya Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Turki, China, Jerman, Perancis, Australia, Belarus, Czech Republic, Jepang, Ukraina, Slovakia, dan Indonesia.
Pameran LIMA secara resmi dibuka pada 26 Maret 2019 oleh Perdana Menteri Tun Mahathir Muhamad, didampingi oleh Menteri Pertahanan, Mohamad Bin Sabu dan Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke Siew Fook," katanya.
Partisipasi Indonesia diwakili oleh KBRI Kuala Lumpur yang membawa dua perusahaan yaitu PT Gunung Ciwung Wanara dengan produk cat pelindung peralatan militer yang menerapkan nano technology dan PT Boogie Advindo dengan produk inflatable boat, waterproof bags, lifevest, velbed, dan tenda PT. PAL, PT PINDAD, dan PT Dirgantara Indonesia.
Partisipasi pameran LIMA tahun ini sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditi raw material.
"Pemerintah senantiasa mendorong terus upaya promosi dan ekspor produk strategis serta bernilai tambah termasuk peralatan dan perlengkapan militer ke pasar luar negeri," katanya.
Berdasarkan data Department of Statistics Malaysia pada 2018 Indonesia menduduki urutan ke-lima setelah Cina, Bangladesh, Vietnam dan Hong Kong sebagai negara pengekspor produk seragam militer ke Malaysia (HS Code 6203 (Mens Or Boys Suits, Ensembles, Jackets, Blazers, Trousers, Bib And Brace Overalls, Breeches And Shorts (Other Than Swimwear)) dengan nilai sebesar USD 4,8 juta (RM 19,819,158).
Nilai tersebut meningkat sebesar 27 persen dibandingkan pada tahun 2017 yang tercatat sebesar RM 15,595,215. Sedangkan untuk senjata api (HS Code 9301 (Military Weapons, other than Revolvers, Pistols and the Arms of Heading No. 93.07).
Malaysia masih mengimpor produk dari Turki, Inggris, Amerika Serikat, Belgia, Kanada, Jerman dan Spanyol dengan total nilai impor sebesar USD 2,1 juta (RM 8,461,067) pada tahun 2018, menurun 81persen dibandingkan pada tahun 2017 sebesar USD 10,6 juta (RM 43,517,437).
"Melalui partisipasi perdana KBRI Kuala Lumpur, diharapkan akan membuka peluang pasar baru untuk peralatan dan perlengkapan militer produksi Indonesia di pasar luar negeri. Hal ini mengingat kedua produk yang ditampilkan bisa menjadi produk komplementer dari peralatan inti militer. Untuk itu upaya ekspansi ekspor produk militer selain seragam, senjata dan pesawat harus terus dilakukan," ujar Rifah Ariny,