Kuala Lumpur (ANTARA) - Bagi penyanyi era 1990-an Merry Andani pindah tempat tinggal mengikuti suaminya yang menjadi pilot maskapai penerbangan Malaysia di negeri jiran tidak menyurutkan kiprahnya untuk berhenti berkarya bagi masyarakat.
Berkat aktivitas Merry sebagai Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Malaysia tersebut, dia meraih Anugerah Penghargaan Perempuan Inspiratif Indonesia 2019 pada "Gemilang Nusantara, Nuansa Tanpa Batas" untuk kategori artis dan pegiat sosial yang diselenggarakan IPEMI dan Madani di Ballroom Garuda, Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Senin (2/12).
"Semoga dengan penghargaan ini bisa menginspirasi Ibu-ibu lainnya untuk terus menularkan semangat berwirausaha dan memupuk jiwa sosial pada sesama, tanpa melupakan Kodrat sebagai seorang Istri atau Ibu yang menjadikan keluarga madrasah pertama bagi anak-anaknya," katanya.
Acara tersebut dihadiri Ingrid Kansil (Ketua Umum IPEMI), Syarief Hasan (Wakil Ketua MPR RI), Bahlil Lahadalia (Kepala BKPM), Dirjen Kementerian Perindustrian, Sekretaris Kemenkop & UKM serta sederet pejabat tinggi dan artis papan atas lainnya.
Selama di negeri jiran penyanyi kelahiran Bandung tersebut membangun lini fesyen muslimah "Merry Andani Hijab Line".
Menurutnya terdapat kesamaan selera berbusana antara Indonesia dan Malaysia sehingga memungkinkan melakukan kontak bisnis antara pebisnis Indonesia dan Malaysia.
Dia juga mengembangkan wisata medis karena tingginya animo masyarakat Indonesia yang memilih berlibur atau berobat dan medical check up di Kuala Lumpur sehingga ide mengemas wisata medis sebagai alternatif bisa berlibur sekaligus konsultasi medis di Kuala Lumpur.
Selama di tanah air Merry populer dengan sejumlah lagu seperti "Mas Budi Kok Loyo" (1992) the best selling album, "Denpasar Moon" (1994) award the best selling album, soundtrack Pedang Pembunuh Naga, "Mungkinkah Kau Kembali" (1995), pop keroncong duet bersama Mus Mulyadi (1994), "Dinding Pemisah" (1993) award the best selling album.