COVID-19 di Malaysia capai 6.075 kasus

id Malaysia,Covid-19,Kasus Harian Covid-19 Malaysia

COVID-19 di Malaysia capai 6.075 kasus

Masyarakat menerima suntikan vaksin AstraZeneca hari pertama pada Program Imunisasi COVID-19 Kebangsaan (PICK) di World Trade Center (WTC) Kuala Lumpur, Rabu (5/5/2021). Pemerintah setempat menyediakan 268.000 dosis vaksin AstraZeneca untuk warga negara setempat dan warga negara asing dengan dasar siap cepat dia dapat. ANTARA Foto/Agus Setiawan

Kuala Lumpur (ANTARA) - Kementrian Kesehatan Malaysia (KKM) mengumumkan kasus harian COVID-19 di negara ini pada Rabu (19/5) melonjak menjadi 6.075 kasus yang merupakan kasus tertinggi semenjak pandemik Maret 2020.

Dirjen Kesehatan KKM, Tan Sri Dr Noor Hisham Abdullah, mengatakan penambahan kasus baru ini menjadikan keseluruhan kasus sebanyak 485.496.

"Negara Bagian Selangor masih menempati urutan tertinggi sebanyak 2.251 kasus," katanya.

Sedangkan rincian kasus di setiap negeri atau provinsi adalah Sabah 160 kasus, Johor 699 kasus, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur 660 kasus, Sarawak 323 kasus, Pulau Pinang 183 kasus, Negeri Sembilan 189 kasus, Kelantan 441 kasus, Perak 220 kasus, Kedah 445 kasus, Melaka 122 kasus, Pahang 150 kes, Terengganu 203 kasus, Wilayah Persekutuan Labuan 14 kasus, Wilayah Persekutuan Putrajaya sembilan kasus dan Perlis enam kasus.

Noor Hisham berkata meminta masyarakat melakukan pencegahan dengan memulai dari diri sendiri dengan duduk saja di rumah, tidak keluar dari rumah jika tidak ada keperluan penting dan mematuhi segala Standar Operasi Prosedur (SOP) yang ditetapkan terutama hanya keluar rumah kalau urusan penting.

Berdasarkan data kasus positif harian tertinggi sebelum ini dilaporkan pada 31 Januari 2021 yaitu sebanyak 5.728 kasus positif.

Sementara itu Ketua Satgas COVID-19 Selangor yang juga mantan Menteri Kesehatan, Datuk Seri Dr Dzulkefly Ahmad, dalam pernyataan pers mengatakan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) penuh di Selangor tidak diperlukan karena kasus COVID-19 Selangor tidak terlalu parah jika mengikut pada data COVID-19.

"Selangor tidak boleh dikatakan negeri paling parah menerima penularan COVID-19, karena penduduknya yang banyak dan kepesatan industrinya dibanding negeri lain," kata anggota parlemen dari oposisi tersebut.