Suasana seperti itu terlihat di pusat tujuan wisata sekitar Kantor Perdana Menteri Malaysia, Perdana Putra, dan Masjid Putra yang berlokasi di tepi Danau Putrajaya.
Pada hari-hari normal sebelum COVID-19 melanda negeri ini, pada Maret 2020 belasan bus pariwisata sering terlihat berjajar di depan masjid dan kantor perdana menteri.
Para wisatawan, terutama yang berasal dari China, sering berfoto di depan bangunan-bangunan dan taman-taman tersebut.
Saat pandemi, gerbang pintu Masjid Putra nampak ditutup dengan dijaga petugas keamanan sedangkan mereka yang ingin sembahyang di masjid tersebut jumlahnya dibatasi berdasarkan protokol kesehatan.
Pada hari normal, wisatawan non-Muslim diperkenankan masuk sampai halaman depan masjid dengan mengenakan jubah warna merah tua yang disediakan pengurus masjid.
Demikian pula dengan destinasi mengelilingi Danau Putrajaya dengan kapal pesiar, juga ditutup.
Namun demikian, sejumlah perkantoran di Putrajaya seperti kantor Kementerian Multimedia dan Komunikasi masih buka dengan pembatasan jumlah karyawan yang masuk kantor.
Sesuai aturan yang ditetapkan pemerintah, hanya 20 persen pegawai pemerintah yang dibolehkan bekerja di kantor sedangkan industri diizinkan sebanyak 40 persen.
Kekerapan transportasi publik ke Putrajaya, seperti KLIA Transit, juga dikurangi waktunya sehingga penumpang perlu menunggu kereta komuter tersebut lebih lama dari biasanya.
Taksi daring seperti Grab masih bisa melayani penumpang keliling Putrajaya namun penumpang masih perlu memindai barcode aplikasi MySejahtera, yang dipasang di belakang tempat duduk sopir.
Malaysia pada Senin (31/5) mencatatkan 6.824 kasus baru COVID-19.
Dari jumlah kasus baru di 16 negeri atau provinsi di Malaysia tersebut, Selangor menyumbang kasus tertinggi sebanyak 2.111, Kuala Lumpur 387, sedangkan Putrajaya hanya 28 kasus dalam sehari.