Konsep Yin dan Yang di "Satria Dewa: Gatotkaca"

id Satria Dewa: Gatotkaca,Hanung Bramantyo,gatotkaca

Konsep Yin dan Yang di "Satria Dewa: Gatotkaca"

Poster film "Satria Dewa: Gatotkaca". ANTARA/instagram/gatotkaca_official.

Saya berharap semua pelaku-pelaku wayang di Jogja, Surabaya, semua tokoh Cepot dan lain-lain yang dianggap sebagai tokoh kampungan, ini bisa naik
Jakarta (ANTARA) - Sutradara "Satra Dewa: Gatotkaca" Hanung Bramantyo membeberkan konsep Yin dan Yang dalam film berdurasi 129 menit yang terinspirasi dari cerita tokoh pewayangan Gatotkaca. 

Hanung mengatakan dirinya mencoba mengubah stereotip yang ada dalam masyarakat, dengan menjadikan film tersebut berkonsep Yin dan Yang, di mana di dalam hitam ada putih dan sebaliknya. 

"Jadi kita pakai konsep Yin Yang. Di dalam hitam ada putih, di dalam putih ada hitam. Di dunia nyata kan juga seperti itu. Yang kita lihat kok kayaknya baik, tapi kok ternyata begitu ya. Ya begitulah, orang tahu semuanya. Itu yang mendasari keinginan saya. Jadi buat apa kita masih harus stereotip?" jelas Hanung.

Ia mengaku ingin membalik stereotip putih identik dengan suci dan hitam identik dengan gelap. Itu tercermin dari kostum Fedi Nuril yang berperan antagonis sebagai Aswatama dalam film tersebut. 

Tidak hanya ingin mencoba untuk mengubah stereotip yang ada di tengah masyarakat, Hanung pun berharap agar masyarakat khususnya anak muda kembali menyukai tokoh-tokoh wayang atau kisah superhero dalam negeri yang selama ini dianggap kampungan. 

Dengan demikian, industri pewayangan di Indonesia pun dapat kembali naik dan hidup.

"Saya berharap semua pelaku-pelaku wayang di Jogja, Surabaya, semua tokoh Cepot dan lain-lain yang dianggap sebagai tokoh kampungan, ini bisa naik. Kita berdoa banget ini bisa berhasil di masyarakat," ujar dia.

Baca juga: "Ngeri Ngeri Sedap", gambaran dinamika keluarga Indonesia
Baca juga: "Top Gun: Maverick" kuasai lagi box office Amerika Utara di pekan kedua