Konsep Yin dan Yang di "Satria Dewa: Gatotkaca"
Saya berharap semua pelaku-pelaku wayang di Jogja, Surabaya, semua tokoh Cepot dan lain-lain yang dianggap sebagai tokoh kampungan, ini bisa naik
Kepada ANTARA, Senin (6/6), Hanung mengaku tidak berani optimistis mematok target penonton film yang tertunda penayangannya selama dua tahun karena pandemi COVID-19 itu.
"Melihat kondisi pre-sale tiket yang ternyata disambut, pertanda baik ya. Tapi saya nggak berani optimis. Takut," kata Hanung.
Ia hanya berharap industri film Indonesia bisa sukses layaknya film "KKN di Desa Penari", sehingga industri perfilman Tanah Air menjadi lebih hidup.
"Insya Allah seperti 'KKN'. Semua film Indonesia pasti pengin ya seperti 'KKN'. Kalau bisa setiap bulan ada 4 juta, 8 juta gitu. Jadi hidup lah industrinya," ujar dia.
Film dengan budget Rp24 miliar yang menggambarkan bangkitnya kembali para keturunan Pandawa yang berkumpul untuk melawan Kurawa itu menggunakan teknologi CGI dan efek 3D untuk menampilkan secara apik pertempuran epik antara Gatotkaca melawan Kurawa.
Bagi Hanung, dua hal penting yang harus selalu ada dalam film pahlawan super yakni, pertama, CGI dan efek 3D untuk adegan fantastis. Kedua, unsur tata suara berupa musik dan efek.
"Kalau spesial efek enggak memenuhi ekspektasi akan susah, walau lengkap orkestrasinya tapi enggak ada spesial efek, akan susah," ujar sang sutradara.
"Satria Dewa: Gatotkaca" dibintangi oleh Rizky Nazar, Omar Daniel, Yasmin Napper, Cecep Arif Rahman, Yayan Ruhian, Edward Akbar, Sigi Wimala, Ali Fikri, Yati Surachman, Jerome Kurnia, Zsazsa Utari, Axel Matthew, Butet Kertaradjasa, Indra Jegel, Rigen, Gilang Bhaskara, Maz Metino, Luis Jockm dan Nizam Razkia.
Baca juga: "Ms. Marvel" hadirkan cerita spesial yang personal
Baca juga: "Jurassic World Dominion", kesimpulan tiga dekade kisah Jurassic Park
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hanung Bramantyo enggan pasang target penonton untuk "Gatotkaca"