Begini suasana jelang GMT di Belitung

id Begini suasana jelang GMT di Belitung

Begini suasana jelang GMT di Belitung

Para pengunjung di pantai Tanjung Tinggi ingin menyaksikan GMT pada Rabu (9/3). (Ida Nurcahyani)

Tanjung Pandan, Belitung (AntaraKL) - Jelang gerhana matahari total (GMT) pada Rabu (9/3), jalanan menuju pantai-pantai lokasi pengamatan sudah padat oleh kendaraan sejak pukul 04.00 WIB.

Berdasarkan pengamatan ANTARA News, hingga pukul 05.37, orang-orang yang ingin menyaksikan GMT sudah berdatangan sejak pagi dan terus mengalir. Mereka mengambil posisi di dermaga dan sepanjang bibir pantai.

Mereka berdiri menghadap lautan lepas memandang ke arah Timur di sepanjang bibir pantai. Sementara awak media menyiapkan kamera masing-masing untuk merekam fenomena langka tersebut.

Para pengunjung bercengkrama dan beberapa bermain-main dengan ombak yang berdesir kecil-kecil.

"Saya baru lihat pemandangan seperti ini. Seumur hidup saya di Belitung, saya baru kali ini lihat orang berjubel. Saya baru sekali lihat bule sebanyak ini," kata Lili Suryanti (27), warga asli Tanjung Pandan, Belitung yang juga ingin menyaksikan GMT di pantai Tanjung Kelayang, Tanjung Pandan pada Rabu (9/3).

Sementara itu, suasana alam di Belitung pagi ini cukup cerah. Langit tampak bersih tak berawan. Hanya tampak selarik awan tipis yang mengambang di langit pagi keperakan.

Ombak berdesir pelan membelai kaki-kaki para pengunjung yang sudah tak sabar menjadi bagian dari fenomena alam langka tersebut.

Di langit Timur, langit mulai terang berwarna keperakan. Awan tampak tipis-tipis menutup langit.

Diperkirakan, GMT akan melintasi Belitung mulai pukul 06.21 WIB. GMT di Belitung berdurasi sekitar dua menit 10 detik. Ini akan menjadi GMT pertama yang terjadi di Belitung.

Seperti diketahui, gerhana matahari total terakhir kali di Indonesia terjadi pada 11 Juni 1983 dengan jalur totalitas melewati Jawa, Ssulawesi, dan Papua. Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mencatat GMT juga pernah terjadi pada 18 Maret 1988 dengan jalur totalitas melintasi Sumatera dan Kalimantan.