Jakarta (ANTARA) - Sutradara "Satra Dewa: Gatotkaca" Hanung Bramantyo membeberkan konsep Yin dan Yang dalam film berdurasi 129 menit yang terinspirasi dari cerita tokoh pewayangan Gatotkaca.
Hanung mengatakan dirinya mencoba mengubah stereotip yang ada dalam masyarakat, dengan menjadikan film tersebut berkonsep Yin dan Yang, di mana di dalam hitam ada putih dan sebaliknya.
"Jadi kita pakai konsep Yin Yang. Di dalam hitam ada putih, di dalam putih ada hitam. Di dunia nyata kan juga seperti itu. Yang kita lihat kok kayaknya baik, tapi kok ternyata begitu ya. Ya begitulah, orang tahu semuanya. Itu yang mendasari keinginan saya. Jadi buat apa kita masih harus stereotip?" jelas Hanung.
Ia mengaku ingin membalik stereotip putih identik dengan suci dan hitam identik dengan gelap. Itu tercermin dari kostum Fedi Nuril yang berperan antagonis sebagai Aswatama dalam film tersebut.
Tidak hanya ingin mencoba untuk mengubah stereotip yang ada di tengah masyarakat, Hanung pun berharap agar masyarakat khususnya anak muda kembali menyukai tokoh-tokoh wayang atau kisah superhero dalam negeri yang selama ini dianggap kampungan.
Dengan demikian, industri pewayangan di Indonesia pun dapat kembali naik dan hidup.
"Saya berharap semua pelaku-pelaku wayang di Jogja, Surabaya, semua tokoh Cepot dan lain-lain yang dianggap sebagai tokoh kampungan, ini bisa naik. Kita berdoa banget ini bisa berhasil di masyarakat," ujar dia.
Baca juga: "Ngeri Ngeri Sedap", gambaran dinamika keluarga Indonesia
Baca juga: "Top Gun: Maverick" kuasai lagi box office Amerika Utara di pekan kedua
Kepada ANTARA, Senin (6/6), Hanung mengaku tidak berani optimistis mematok target penonton film yang tertunda penayangannya selama dua tahun karena pandemi COVID-19 itu.
"Melihat kondisi pre-sale tiket yang ternyata disambut, pertanda baik ya. Tapi saya nggak berani optimis. Takut," kata Hanung.
Ia hanya berharap industri film Indonesia bisa sukses layaknya film "KKN di Desa Penari", sehingga industri perfilman Tanah Air menjadi lebih hidup.
"Insya Allah seperti 'KKN'. Semua film Indonesia pasti pengin ya seperti 'KKN'. Kalau bisa setiap bulan ada 4 juta, 8 juta gitu. Jadi hidup lah industrinya," ujar dia.
Film dengan budget Rp24 miliar yang menggambarkan bangkitnya kembali para keturunan Pandawa yang berkumpul untuk melawan Kurawa itu menggunakan teknologi CGI dan efek 3D untuk menampilkan secara apik pertempuran epik antara Gatotkaca melawan Kurawa.
Bagi Hanung, dua hal penting yang harus selalu ada dalam film pahlawan super yakni, pertama, CGI dan efek 3D untuk adegan fantastis. Kedua, unsur tata suara berupa musik dan efek.
"Kalau spesial efek enggak memenuhi ekspektasi akan susah, walau lengkap orkestrasinya tapi enggak ada spesial efek, akan susah," ujar sang sutradara.
"Satria Dewa: Gatotkaca" dibintangi oleh Rizky Nazar, Omar Daniel, Yasmin Napper, Cecep Arif Rahman, Yayan Ruhian, Edward Akbar, Sigi Wimala, Ali Fikri, Yati Surachman, Jerome Kurnia, Zsazsa Utari, Axel Matthew, Butet Kertaradjasa, Indra Jegel, Rigen, Gilang Bhaskara, Maz Metino, Luis Jockm dan Nizam Razkia.
Baca juga: "Ms. Marvel" hadirkan cerita spesial yang personal
Baca juga: "Jurassic World Dominion", kesimpulan tiga dekade kisah Jurassic Park
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hanung Bramantyo enggan pasang target penonton untuk "Gatotkaca"
Hanung mengatakan dirinya mencoba mengubah stereotip yang ada dalam masyarakat, dengan menjadikan film tersebut berkonsep Yin dan Yang, di mana di dalam hitam ada putih dan sebaliknya.
"Jadi kita pakai konsep Yin Yang. Di dalam hitam ada putih, di dalam putih ada hitam. Di dunia nyata kan juga seperti itu. Yang kita lihat kok kayaknya baik, tapi kok ternyata begitu ya. Ya begitulah, orang tahu semuanya. Itu yang mendasari keinginan saya. Jadi buat apa kita masih harus stereotip?" jelas Hanung.
Ia mengaku ingin membalik stereotip putih identik dengan suci dan hitam identik dengan gelap. Itu tercermin dari kostum Fedi Nuril yang berperan antagonis sebagai Aswatama dalam film tersebut.
Tidak hanya ingin mencoba untuk mengubah stereotip yang ada di tengah masyarakat, Hanung pun berharap agar masyarakat khususnya anak muda kembali menyukai tokoh-tokoh wayang atau kisah superhero dalam negeri yang selama ini dianggap kampungan.
Dengan demikian, industri pewayangan di Indonesia pun dapat kembali naik dan hidup.
"Saya berharap semua pelaku-pelaku wayang di Jogja, Surabaya, semua tokoh Cepot dan lain-lain yang dianggap sebagai tokoh kampungan, ini bisa naik. Kita berdoa banget ini bisa berhasil di masyarakat," ujar dia.
Baca juga: "Ngeri Ngeri Sedap", gambaran dinamika keluarga Indonesia
Baca juga: "Top Gun: Maverick" kuasai lagi box office Amerika Utara di pekan kedua
Kepada ANTARA, Senin (6/6), Hanung mengaku tidak berani optimistis mematok target penonton film yang tertunda penayangannya selama dua tahun karena pandemi COVID-19 itu.
"Melihat kondisi pre-sale tiket yang ternyata disambut, pertanda baik ya. Tapi saya nggak berani optimis. Takut," kata Hanung.
Ia hanya berharap industri film Indonesia bisa sukses layaknya film "KKN di Desa Penari", sehingga industri perfilman Tanah Air menjadi lebih hidup.
"Insya Allah seperti 'KKN'. Semua film Indonesia pasti pengin ya seperti 'KKN'. Kalau bisa setiap bulan ada 4 juta, 8 juta gitu. Jadi hidup lah industrinya," ujar dia.
Film dengan budget Rp24 miliar yang menggambarkan bangkitnya kembali para keturunan Pandawa yang berkumpul untuk melawan Kurawa itu menggunakan teknologi CGI dan efek 3D untuk menampilkan secara apik pertempuran epik antara Gatotkaca melawan Kurawa.
Bagi Hanung, dua hal penting yang harus selalu ada dalam film pahlawan super yakni, pertama, CGI dan efek 3D untuk adegan fantastis. Kedua, unsur tata suara berupa musik dan efek.
"Kalau spesial efek enggak memenuhi ekspektasi akan susah, walau lengkap orkestrasinya tapi enggak ada spesial efek, akan susah," ujar sang sutradara.
"Satria Dewa: Gatotkaca" dibintangi oleh Rizky Nazar, Omar Daniel, Yasmin Napper, Cecep Arif Rahman, Yayan Ruhian, Edward Akbar, Sigi Wimala, Ali Fikri, Yati Surachman, Jerome Kurnia, Zsazsa Utari, Axel Matthew, Butet Kertaradjasa, Indra Jegel, Rigen, Gilang Bhaskara, Maz Metino, Luis Jockm dan Nizam Razkia.
Baca juga: "Ms. Marvel" hadirkan cerita spesial yang personal
Baca juga: "Jurassic World Dominion", kesimpulan tiga dekade kisah Jurassic Park
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hanung Bramantyo enggan pasang target penonton untuk "Gatotkaca"