Anak TKI tidak lagi harus jadi TKI
Bagi saya adanya SIJB ini akan memutus mata rantai bahwa anak TKI harus jadi TKI
“Supaya ada lah kebanggaan dari TKI, anaknya mungkin ada yang jadi diplomat, atau bisa sekolah di luar negeri. Kalau boleh bertemu, saya ingin sampaikan itu. Kemenlu harus mencari solusi, setidaknya memudahkan bagi anak-anak TKI untuk bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi,” kata Mulyono.
Namun, ia bersyukur manakala Konsul Jenderal (Konjen) RI Johor Bahru, Sigit S Widiyanto, menyampaikan sudah mulai ada sekolah di Indonesia yang membuka pintu bagi anak-anak lulusan SIJB, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA hingga perguruan tinggi.
“Jadi harapannya kutukan itu hilang. Anak TKI jadi TKI, itu tak lagi,” ujar Mulyono dengan campuran logat Melayu.
Murid SIJB
Peserta didik di SIJB semakin hari semakin bertambah. Jika awalnya di Tahun Ajaran 2013/2014 hanya ada 14 anak yang belajar bersama di salah satu ruang KJRI Johor Bahru, lima tahun berikutnya 201 anak belajar bersama di dalam kontainer yang disulap menjadi ruang-ruang kelas.
Dari data KJRI Johor Bahru, angka tersebut terus bertambah, hingga pada Tahun Ajaran 2022/2023 totalnya menjadi 297 anak, yang terdiri dari 216 murid SD dan 81 duduk di jenjang SMP, diajar oleh 17 guru.
Sebanyak 60 anak lahir di Indonesia, sedangkan 237 lainnya lahir di Malaysia. Semua murid memang memiliki ibu WNI, namun sekitar 50-an anak memiliki ayah berkewarganegaraan Malaysia, Bangladesh, Myanmar dan Nepal.
Ibu mereka berasal dari 19 provinsi berbeda di Indonesia, dan terbanyak berasal dari Jawa Timur yang mencapai 123 orang, diikuti Jawa Tengah mencapai 49 orang, lalu Sumatera Utara sebanyak 20 orang.
Sisanya, ada yang berasal dari Aceh, Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Lampung, Riau, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, NTB dan NTT.
Mereka merupakan anak-anak dari pekerja Indonesia yang bekerja di berbagai sektor formal maupun informal di Malaysia, mulai dari buruh, wiraswasta, pekerja pabrik, cleaner, guru, satpam, hingga pegawai pemerintahan setempat, dengan kisaran penghasilan antara 750 ringgit Malaysia (RM) hingga di atas RM2.000 per bulan.
Baca juga: Sanggar tari Bheksa Buana SIJB kenalkan tari tradisional ke murid asing di Malaysia