Menyambut babak baru Vaksin Merah Putih
Bahkan, Ketua Peneliti dari Universitas Airlangga Fedik Abdul Rantam saat itu sempat menjadikan dirinya sebagai subjek uji coba vaksin, meski tahapan yang sedang dilalui baru sampai pada tahap uji pada hewan.
Fedik merasa percaya diri dengan vaksin yang ia kembangkan aman bagi manusia. Efek samping yang terjadi saat itu, seperti hilang nafsu makan, nyeri pada kepala, hingga lebam di tempat suntikan, meski secara umum ia menyatakan aman.
Proses uji coba pada hewan pun berlangsung lancar setelah Tim Unair berkoordinasi dengan Balai Karantina Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Timur untuk mendatangkan monyet dari famili Cercopithecidae (monyet dunia lama) itu.
Uji klinis
Dalam perjalanan uji klinis pada hewan sepanjang 2021, Kepala BPOM RI Penny K Lukito melihat tiga dari enam kandidat vaksin dalam negeri memiliki komitmen kuat untuk melanjutkan pengembangan vaksin ke tahap uji klinis yang sangat krusial, yakni pada manusia untuk melihat efektivitas vaksin serta keamanannya.
Mereka adalah tim peneliti dari PT Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine Amerika Serikat dengan komponen dalam negeri sebesar 79,9 persen, dan tim peneliti dari Universitas Airlangga bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indoensia dengan tingkat komponen dalam negeri mencapai 100 persen.
Namun perjalanan penelitian vaksin COVID-19 di fase lanjutan itu tidak selalu berjalan mulus. Misalnya saat tim peneliti diharuskan melibatkan 4.005 subjek penelitian pada manusia dengan persyaratan seluruhnya belum pernah terinfeksi COVID-19 maupun memperoleh vaksinasi COVID-19 program pemerintah.
Tantangan yang dihadapi saat itu karena mayoritas masyarakat Indonesia telah menerima vaksinasi COVID-19 dosis lengkap program pemerintah maupun infeksi alami. Sementara syaratnya, subjek tidak boleh sudah divaksin.
Satu-satunya cara yang ditempuh adalah melacak keberadaan komunitas yang menolak vaksin. Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu target pencarian subjek, sebab masih ada sekitar 2 juta lebih warga di daerah tingkat II, belum menerima suntikan vaksin.
Upaya untuk membujuk subjek pun bukan perkara mudah. Tapi dengan bantuan dari kepala daerah, kolega di dinas kesehatan, puskesmas, serta orang yang bersimpati dengan kegiatan penelitian vaksin, tim dari Unair pun berhasil mengumpulkan 4.005 subjek usia remaja, dewasa dan lansia.
Di fase 3 kali ini, penelitian subjek vaksin dilakukan di RS Soetomo, RS Universitas Airlangga Surabaya, RS Saiful Anwar Malang, RS Dr Soebandi Jember, dan RS Paru di Jember.
Kegiatan itu mengharuskan subjek mendatangi laboratorium penelitian. Kalau dari kota lain di sekitar Surabaya, mereka memperoleh pengganti transpor.
Baca juga: Malaysia mewajibkan tes COVID untuk pelaku perjalanan dari China