Satu tahun perang Ukraina-Rusia, permusuhan semakin sulit ditengahi

id Konflik Ukraina Rusia,Invasi Rusia di Ukraina,Vladimir Putin Oleh Jafar M Sidik

Satu tahun perang Ukraina-Rusia, permusuhan semakin sulit ditengahi

Tentara Ukraina menumpangi kendaraan tempur infantri BMP-2 yang berpacu di atas sebuah jalan di luar kota  Bakhmut, di tengah serangan Rusia di Ukraina, di Donetsk, Ukraina, pada 11 Februari 2023. (REUTERS/STRINGER)

Awalnya Ukraina sukses membalikkan pendulum perang sampai bisa merebut kembali kota Kherson pada pertengahan November tahun lalu.

Namun, Rusia sudah beradaptasi dengan situasi di medan perang dan belajar dari rangkaian kemunduran mereka di medan perang sebelum ini.

Rusia pun menemukan lagi pijakannya sampai bersiap melancarkan operasi militer besar-besaran yang bertepatan dengan setahun invasi mereka di Ukraina.


Semakin sulit dihentikan

Pertanyaannya, apakah momentum yang lagi dipegang Rusia ini membuat Ukraina dan Barat, khususnya Amerika Serikat, mundur dari posisi politiknya? Jawabannya, kecil kemungkinannya, mengingat mereka sudah mengerahkan begitu banyak sumber daya, mulai dana sampai senjata.

Lagi pula, situasi sama terjadi saat Ukraina mencapai kemajuan di medan perang beberapa bulan lalu, Rusia pun sama sekali bergeming dari posisinya.

Yang ada, kedua belah pihak terus meningkatkan pengerahan kekuatan militer pada tingkat maksimum, sampai-sampai hal yang dulu tabu dilakukan, sekarang malah menjadi opsi utama.

Eropa dan Amerika Serikat misalnya. Mereka kini tak lagi sungkan-sungkan memasok Ukraina dengan tank tempur canggih seperti Leopard 2, jet tempur seperti F-16, dan sistem artileri berat berdaya jangkau jauh.

Padahal ketika memutuskan mengirimkan perangkat perang canggih seperti M142 HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System), AS membuat batasan bahwa sistem peluncur roket presisi tinggi ini tak boleh dipakai untuk meluncurkan rudal yang bisa mencapai wilayah Rusia.

Kini, pemerintahan Presiden Volodymyr Zelenskyy meminta pesawat tempur canggih kepada Barat. Sejumlah negara yang menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengamini keinginan Ukraina itu. Padahal pesawat-pesawat tempur seperti F-16 bisa membuat Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

Hal yang beberapa bulan lalu dikesampingkan NATO pun kini menjadi pilihan nyata di medan perang.

Ukraina bahkan sudah mendapatkan lampu hijau dari Polandia untuk mendapatkan pesawat tempur F-16 yang diyakini bakal mengimbangi superioritas udara Rusia dan menekan kemampuan Rusia dalam melancarkan bombardemen jarak jauh.

Para pemimpin terkemuka Eropa lainnya seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron pun tak mengesampingkan opsi memasok Ukraina dengan jet tempur Barat.

Oleh karena itu, setiap kemajuan perang oleh salah satu pihak, akan membuat pihak lainnya kian agresif mencari alat perang yang lebih andal dan lebih maut, sehingga perang semakin sulit dihentikan dan mungkin bisa meluas ke mana-mana.

Baca juga: G20 suarakan kekhawatiran tentang melonjaknya harga pangan dan energi