Satu tahun perang Ukraina-Rusia, permusuhan semakin sulit ditengahi

id Konflik Ukraina Rusia,Invasi Rusia di Ukraina,Vladimir Putin Oleh Jafar M Sidik

Satu tahun perang Ukraina-Rusia, permusuhan semakin sulit ditengahi

Tentara Ukraina menumpangi kendaraan tempur infantri BMP-2 yang berpacu di atas sebuah jalan di luar kota  Bakhmut, di tengah serangan Rusia di Ukraina, di Donetsk, Ukraina, pada 11 Februari 2023. (REUTERS/STRINGER)

Jakarta (ANTARA) - Pekan depan invasi Rusia ke Ukraina akan genap satu tahun. Apa yang awalnya disebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai operasi militer khusus itu ternyata menjadi perang berkepanjangan nan kian berlarut-larut.

Seperti sering terjadi dalam sejarah umat manusia, memulai perang itu mudah, tapi mengakhiri perang itu sungguh perkara yang sulit.

Serangan kilat Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua dari akhir 1930-an memang membuat pendulum perang berpihak kepada Jerman sampai 1943, tapi perang malah mempersatukan mereka yang menentang Jerman. Begitu pula  dengan Jepang pada Perang Dunia Kedua yang justru memupuk perlawanan semesta di seantero Asia.

Intervensi Amerika Serikat di Vietnam pada 1965 juga tak menyudahi perang di Indochina. Sebaliknya, konflik menjadi makin berlarut-larut dan menelan korban yang terus membesar.

Demikian pula Uni Soviet di Afghanistan pada 1979. Bahkan Rusia yang menjadi pewaris Uni Soviet melewati periode berdarah-darah ketika menghadapi separatisme Chechnya dengan perang dan bombardemen pada 1994-1995 dan 1999-2009.

Perang terakhir yang dilalui singkat oleh Rusia adalah Perang Georgia pada 2018, selain aneksasi Semenanjung Krimea pada 2014.

Putin berusaha mengulangi sukses perang kilat di Georgia dan Krimea pada 24 Februari tahun lalu. Ternyata, operasi militer ini tak berakhir sesingkat yang diharapkan.

Perang Ukraina malah akan genap memakan waktu saat tahun. Kini, baik Rusia maupun Ukraina, mempersiapkan diri menghadapi situasi perang yang makin buruk. Mereka berpacu dengan waktu untuk mencapai kemenangan paripurna.

Baca juga: Nilai kerusakan infrastruktur akibat perang di Ukraina capai Rp2 kuadriliun