Jakarta (ANTARA) - Tidak terasa pada 24 November 2023 ini, tepat setahun Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim (DSAI) memimpin Malaysia.
Waktu begitu cepat bergerak, melewati berbagai tikungan jalan yang tentu saja tidak mudah.
Tapi ada yang menarik. Setahun lalu, Kamis (24/11), ketika DSAI dilantik dan mengucapkan sumpah di hadapan Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al Mustafa Billah Shah di Istana Negara, kegembiraan tidak saja di Malaysia, juga di Indonesia.
Tokoh-tokoh nasional Indonesia menyambut pelantikan DSAI sebagai “pelantikan seorang sahabat.”
Tidak heran, ketika Perdana Menteri DSAI melakukan kunjungan resmi kenegaraan pertama ke Indonesia, Senin ( 9/1 2023), disambut Presiden Joko Widodo di Istana Bogor secara khusus, di antaranya pasukan berkuda.
Malam, setelah acara kenegaraan, ratusan tokoh nasional Indonesia dengan berbagai latar belakang politik, berkumpul di Menara Bank Mega, Jakarta. Ruangan penuh sesak. Tuan rumah acara CT Corp Leadership Forum itu adalah pengusaha terkemuka Chairul Tanjung.
DSAI menjadi pembicara tunggal. Sejumlah tokoh aktivis demokrasi, aktivis antikorupsi, aktivis hak asasi manusia, dan para wartawan senior, hadir mendengar DSAI -- mendengar sahabat berbicara.
Suasana malam itu seakan reuni. DSAI menjadi magnet, orator hebat. Berpidato dalam bahasa Indonesia yang fasih, DSAI memukau hadirin. Tepuk tangan bergema setiap tekanan suaranya.
Saya bagian yang hadir, mencatat sejumlah poin orasi DSAI, di antaranya soal ekonomi. DSAI optimistis dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi yang tidak stabil akibat COVID-19 dan ancaman resesi.
“Saya tidak mewakili pandangan yang pesimistis dalam politik atau ekonomi. Saya tidak pernah mengambil pendekatan yang pesimistis, karena itu saya survive," kata DSAI. "Saya optimistis ya insya Allah.”
Sebagai pemimpin, kata DSAI, ia harus menunjukkan kesederhanaan dan tak menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri dan orang terdekat. “Pemimpin mesti terbiasa mempertahankan prinsip nilai dan akhlak mulia,” tegasnya.
Kedekatan emosional
Pak Anwar mempunyai banyak sahabat di Indonesia. Kedekatannya dengan tokoh-tokoh nasional Indonesia, sejak masih muda.
Pada 1967, Pak Anwar mengikuti pengaderan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Pekalongan, Jawa Tengah. Masa di HMI, Pak Anwar bersahabat dengan para aktivis dan pemikir Islam modern, di antaranya Nurcholish Madjid, Fahmi Idris, Mar’ie Muhammad, dan Ekky Syahrudin. Pak Anwar banyak belajar soal ideologi dan strategi politik.
“Saya memperoleh manfaat dari HMI karena mengikuti materi ideologi politik dan strategi di Pekalongan. Generasi saya itu istimewa. Abang-abang saya adalah Nurcholish Madjid, Fahmi Idris, Mar’ie Muhammad dan Ekky Syahrudin. Semua hebat-hebat,” kata Anwar saat menghadiri pelantikan Korps Alumni HMI (KAHMI) Malaysia, 2020 lalu.
Bersama Nurcholish Madjid, Pak Anwar mendirikan Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara. Nurcholish sebagai ketua, Pak Anwar selaku Sekretaris Jenderal.
Soal kedekatan dengan Indonesia ini, juga disampaikan Pak Anwar saat bertemu Presiden Jokowi. Menurutnya, kedekatannya dengan Indonesia jauh sebelum menjabat sebagai Perdana Menteri.
“Hubungan saya, bukan sekadar hubungan diplomatis biasa. Indonesia merupakan negara yang memiliki tempat di hati sanubari saya,” ujarnya.
Semasa sulit, dipenjara, dan terombang-ambing, terbuang, dan menderita, sahabat-sahabat di Indonesia yang membantu. Salah seorang dari banyak sahabat di Indonesia, Pak Anwar menyebut nama Prof BJ Habibie, Presiden ketiga Indonesia. Ketika pengadilan menjatuhkan hukuman penjara kepada Pak Anwar, BJ Habibie -- yang saat itu menjadi wakil presiden Indonesia -- mengajukan permintaan kepada Pemerintah PM Mahathir agar Pak Anwar diperlakukan dengan baik.
"Habibie membuat sesuatu yang luar biasa dari segi hubungan diplomatik. Tolong jangan apa-apa kan adik saya'," ungkap Anwar saat menghadiri tahlilan 28 hari kepergian Habibie di Jakarta pada 2019.
Permintaan Habibie itu sempat memicu ketegangan hubungan Indonesia dan Malaysia.
Kemudian, setelah keluar dari penjara, Pak Anwar menjalani operasi saraf tulang belakang di Jerman.
Selama masa pemulihan, menginap di rumah Habibie di Jerman. Pak Habibie pula yang sering membawa Pak Anwar ke rumah sakit.
Pada 2015, Pak Anwar kembali diseret ke penjara. Sehari sebelum vonis pengadilan Malaysia, Habibie sempat meminta Anwar menginap di rumahnya. "Habibie bilang ke saya, Anwar kamu jangan pulang. Kami tahu, kalau kamu pulang, kamu akan dipenjara lagi. Kamu tidak lagi muda, kamu sudah lama tersiksa hampir tujuh tahun keluar masuk penjara," jelas Anwar.
Tidaklah heran, karena kedekatan tersebut DSAI meluangkan waktu bertemu dan berdiskusi dengan sahabat-sahabatnya, setiap kali ke Jakarta. Awal September 2023 lalu, sebelum sebelum menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Jakarta, DSAI bertemu tokoh-tokoh Islam, di antaranya dengan Haedar Nashir (Ketua Umum Muhammadiyah), Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), Din Syamuddin (mantan Ketua Umum Muhammadiyah), dan Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama, Khofifah Indar Parawansa.
Dalam unggahannya di X (Twitter), Selasa (5/9), DSAI menyebutkan, “Pertemuan ini amat bermakna jika melihat garis sejarah awal mula saya sebagai aktivis yang pernah belajar dari hikmah tokoh Islam Indonesia, seperti Bapak Mohammad Natsir dan Buya Hamka."
DSAI juga mengatakan di masa mendatang, diskusi dan pertemuan seperti ini akan terus digalakkan demi memperkokoh kerja sama antara Indonesia dan Malaysia.
"Selain hubungan kedua negara, kami juga berbincang tentang tantangan pemikiran, keilmuan, dakwah, dan isu yang dihadapi dunia Islam," tulis Anwar.
Di Ipoh, Perak, Ahad (28 Mei 2023), sejumlah pemimpin redaksi media Jakarta dan Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI) Indonesia, bertemu DSAI saat Hari Wartawan Nasional (Hawana) Malaysia. Pak Anwar menyampaikan pernyataan menggembirakan.
“Syukur alhamdulillah karena perubahan waktu dan juga iklim politik, maka saya dan rekan-rekan dalam pimpinan pemerintahan sekarang membuat keputusan yang sangat jelas, bahwa media di Malaysia harus bebas sepenuhnya,” ujar Anwar (Antara, 28/5/2023).
Menurut Anwar, media akan diperkarakan hanya jika mencetuskan permusuhan kaum serta menyempitkan risalah agama yang dapat menimbulkan kerusakan dan keributan dalam masyarakat.
Di luar itu, ujarnya, kritik terhadap perdana menteri atau pemimpin diharuskan. Ia juga mengingatkan agar para pemimpin juga tidak takut dengan kritik.
Para wartawan senior Malaysia menyambut baik pernyataan ini. Ibarat air ketika dahaga.
Penulis hadir saat pernyataan bersejarah itu, sebagai Presiden ISWAMI Indonesia. ISWAMI didirikan wartawan-wartawan senior Indonesia-Malaysia 2005 lalu, untuk menjembatani hubungan rakyat kedua negara yang penuh dinamika, di antaranya karena soal perbatasan wilayah, tenaga kerja, dan sosial-budaya.
ISWAMI merasakan hubungan pemimpin Indonesia dan Malaysia berlangsung sangat baik, saling berkomunikasi ketika ada problem diplomatik. Namun tidak demikian di antarmasyarakat, terutama di sosial media. Melalui informasi, kami berupaya mempromosikan persamaan dan memperkecil perbedaan antarnegara yang memiliki akar sama.
Berbagai gagasan dan pertukaran informasi kami lakukan, termasuk bertukar pikiran tentang kebebasan media, rencana mendirikan Persatuan Wartawan Malaysia dan Majelis Media Malaysia untuk menjaga kebebasan media sebagai bagian penting demokrasi.
Pernyataan Perdana Menteri Anwar Ibrahim di Ipoh, Perak, membuka luas kebebasan media, tentu kami sambut dengan sukacita, meski waktu terasa berjalan lamban, belum terlihat ujung perjalanan yang dituju.Kami percaya, ini hanyalah soal waktu.
Tahnia setahun Datuk Seri Anwar Ibrahim memimpin Malaysia. Insya Allah semua rencana berjalan sesuai harapan. Jayalah Malaysia, jayalah hubungan kedua negara.
*) Asro Kamal Rokan adalah Presiden Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI) Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Setahun PM Anwar Ibrahim sahabat erat Indonesia