Makna dan Falsafah Arafah

id Arifin Ismail,Makna Arafah,Idul Adha

Makna dan Falsafah Arafah

Ustadz Arifin Ismail dan keluarga

Dengan beribadah (dilambangkan dengan thaeaf) dan bekerja keras (dilambangkan dengan mendaki bukit dari Safa ke Marwa dalam ibadah Sa'i) maka manusia akan mendapat kebahagian berupa kesenangan dunia dan akhirat
"Arafah" yang berasal dari kata "a-ra-fa" bermakna mengenal. Wukuf berasal dari kata-kata "wa-qa-fa" yang bermakna berhenti. Wukuf di Arafah berarti berhenti sejenak untuk mengenal sesuatu, dalam berbagai bentuk dan makna. 

Sebab Arafah adalah suatu tempat yang berkumpul semua jenis dan bangsa umat manusia, yang semuanya dalam status yang sama sebagai hamba Allah, makhluk Allah di atas permukaan bumi. 

Berkumpul semua dalam satu tempat di waktu yang sama, untuk saling mengenal, sehingga dengan perkenalan tersebut setiap manusia dan mahkluk dapat bersinergi dan berkerjasama dalam membangun, membina peradaban dunia, dan juga dapat bekerja sama dalam menghadapi tantangan kehidupan, sehingga semua akan merasakan rahmat, kedamaian dan kebahagian hidup bersama sebagaimana adanya Jabal Rahmah.

Jabal rahmah (Gunung Kasih Sayang ) ditengah padang Arafah sebagai simbol kasih sayang akan didapat setelah adanya sikap saling mengenal.

Kasih sayang Allah kepada makhluknya, kasih sayang manusia kepada sesamanya. Kasih sayang terhadap alam dan makhkuk disekitarnya.

Dengan Arafah, manusia mengenal Tuhannya. Dengan Arafah, manusia mengenal manusia yang lain. Dengan Arafah manusia mengenal potensi sesama dan potensi alam di sekitarnya. 

Dengan Arafah setiap umat akan mengenal  tantangan yang dihadapinya baik tantangan yang datang dari hawa nafsu, tantangan umat dan agama. 

Dengan Arafah, kita akan bekerjasama untuk menciptakan islam rahmat bagi sekalian alam. 

Dalam ibadah wukuf di padang Arafah semua manusia sama dalam kedudukan , kerana semuanya mempunyai kedudukan yang sama  di depan Allah, sebagai hamba. 

Dengan wukuf, kita menghilangkan perasaan sombong dan takabbur. Jika dengan melakukan thawaf ada yang merasa dekat dengan tuhan, akan menjadi  lebih taat, lebih alim. 

Dengan sa'i yang bermakna bekerja bersungguh-sungguh seseorang akan menjadi lebih kaya, lebih hebat, tetapi kita tidak boleh sombong dan takabur sebabitu semua bukanlah karena kehebatan manusia tetapi karena hanya disebabkan oleh rahmat Allah. 

Manusia yang alim tidak boleh takabur dengan ilmunya demikian juga manusia yang telah mendapat kekayaan dan kedudukan karena bekerja sekuat tenaga juga  kaya, tidak boleh sombong dengan kekayaan dan kedudukannya tetapi dia harus dapat berhenti sejenak bertafakkur, dan  melihat serta mengenal keadan manusia yang lain.  

Semua manusia baik itu mereka yang kaya, miskin, berpangkat, berkuasa, semuanya sama di depan Allah Taala. 

Perasaan  sama ini akan menimbulkan rasa bersaudara, bersatu dan saling membantu, saling brrsinergi bukan saling bersaing apalagi bertengkar dan berkelahi.

Untuk dapat menimpulkan rasa bersaudara, bersatu dan saling membantu, maka diperlukan saling mengenal, inilah tujuan daripada wukuf di Arafah. 

Dengan beribadah (dilambangkan dengan thaeaf) dan bekerja keras (dilambangkan dengan mendaki bukit dari Safa ke Marwa dalam ibadah Sa'i) maka manusia akan mendapat kebahagian berupa kesenangan dunia dan akhirat. 

Dengan kerja manusia mendapat harta dan kedudukan. Setelah manusia berjaya di dunia, mendapat kekayaan, kedudukan dan pangkat, manusia tidak boleh lupa diri, tidak boleh merasa sombong dan angkuh, tetapi harus tetap menjaga hubungan silaturrahim, tetap mengenal orang yang berada disampingnya, seperti orang faqir miskin, orang yang lemah dan lain sebagainya. 

Umat Islam adalah umpama badan yang satu, maka perbedaan pendapat, perbedaan kekayaan, perpedaan kedudukan tidak boleh menjadi jurang pemisah dan punca perpecahan, sebagaimana perbedaan badan manusia ada kepala, kaki, tangan bukan untuk saling berbangga tetapi saling melengkapi dan menolong. 

Umat Islam baik mereka yang kaya, yang miskin, yang alim, yang bodoh, pemimpin dan rakyat semuanya harus bersatu berpadu saling bantu membantu saling melengkapi. 

Tidak ada perpecahan disebabkan perbedaan golongan, puak, bangsa dan warna kulit, tetapi semuanya satu, saling membantu dan berpadu membina kesejahteraan umat manusa dan kedamaian hidup. 

Inilah makna wukuf di Arafah. Sikap wukuf dan Arafah ini akan menimbulkan sikap rahmah, sikap kasih sayang sesama makhluk, sikap inilah yang dilambangkan dengan adanya Jabal Rahmah, sebuah bukit  yang berada di Arafah. 

Di Jabal Rahmah, nabi Adam dan Hawa bertemu kembali setelah berpisah dari surga, mereka bertemu untuk memberikan kasih sayang kepada seluruh umat manusia. 

Dengan wukuf di Arafah kita dididik untuk menjadi manusia yang mempunyai rasa kasih dan rasa sayang kepada semua makhluk, untuk tercapainya  persaudaraan dan persatuan dengan landasan iman.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan berpuak-puak agar kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" ( Surah Al Hujurat : 13).

* Pendakwah dan mantan Ketua PCIM Malaysia