Saya mendengarkan, sebagai presiden G20, kita mendengarkan. Dari mendengarkan itu, kita tahu perbedaannya ada di mana, sebesar apa gap-nya, di situlah kita mencoba untuk membangun jembatan-jembatan.
Memang tidak mudah di saat ini untuk membangun jembatan karena gap-nya sangat besar tapi at least yang dapat kita lakukan, kalau toh kita tidak membangun jembatan, adalah menciptakan situasi di mana semua pihak merasa nyaman, tidak semakin panas. Jadi, kita jangan pernah berfungsi sebagai kompor, kalau kita presidennya kompor, ya sudah meledak saja dari kapan-kapan.
Tapi, kita coba ciptakan situasi yang kondusif sehingga mereka mau bertemu. Duduk di satu ruangan dan mereka mendebatkan isu yang sensitif dan I think the foreign ministers meeting of the G20 adalah pertemuan besar yang pertama yang bisa mendudukkan negara-negara G20, termasuk negara yang sedang bersengketa di dalam satu ruangan.
Nah, apa yang terjadi di Ukraina saat ini merupakan sebuah pengingat bagi kita semua bahwa kalau kita tidak meng-uphold, tidak mengimplementasikan apa yang dinamakan multilateralism, maka kita dapat pastikan bahwa situasi dunia pasti akan carut marut.
Kenapa kita yakin multilateralism is, at least now, is the best mechanism? Karena dalam multilateralisme semua negara berdiri secara equal. Karena kalau yang berlangsung adalah unilateralism, yang akan terjadi adalah the mighty takes all, yang kuat yang akan menang. Itu yang kita tidak kehendaki dan itulah sebenarnya latar belakang kalau kita tarik kenapa PBB didirikan, itu adalah alasannya.
Inilah yang kita bawa dalam pertemuan menteri luar negeri G20 mengenai multilateralism dan bagus bahwa pada saat itu semua memiliki komitmen. Di sana-sini ada kekurangannya, it’s fine it’s inevitable, tetapi komitmen untuk meng-uphold multilateralism remains very bold, bagus.
Kemudian kita tidak menutup mata, para menteri luar negeri ini tidak hanya bicara mengenai politik, karena semakin ke sini, antara politik dan ekonomi tidak bisa dipisah dengan tembok baja, saling berkait, maka pada saat itu kita juga bicara mengenai masalah krisis ketahanan energi dan ketahanan pangan. Nah, ketahanan, multilateralism ini akan menjadi ruh besar sampai pelaksanaan KTT G20 nanti.
Sementara, isu energi dan pangan akan menjadi topik pertama diskusi para pemimpin G20 pada saat KTT nanti. Jadi semuanya ini mengalir, sangat berhubungan, dan nanti tentunya puncaknya akan ada di KTT.
Dalam pertemuan tersebut, para menlu melihat bahwa krisis pangan dan energi ini memang sudah cukup nyata dan menilai bahwa multilateralism merupakan salah satu jawaban untuk menghadapi hal tersebut secara bersama-sama?
Iya, kesadaran ada, tetapi kadang-kadang memang ego politik muncul lebih tebal, lebih kentara. Memang komunikasi, negosiasi, bicara takes time untuk meyakinkan, untuk membuktikan bahwa this is the best way to address the issue.